"Selalu ada hal baru dari tempat yang
sudah didatangi yang diperlukan hanya
mencari sudut pandang yang tak terlihat"
Part
½ (Background, information and story)
Background
Pendakian bersama yang memang sudah
menjadi hal rutin tiap tahunnya yang diadakan oleh UKM kami. Gunung Papandayan
menjadi tujuan pendakian kali ini.
Informasi
Umum
Gunung Papandayan adalah gunung api yang
terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat
tepatnya di Kecamatan Cisurupan. Gunung dengan ketinggian 2665 meter
di atas permukaan laut itu terletak sekitar 70 km sebelah tenggara Kota Bandung.
Topografi
di dalam kawasan curam, berbukit dan bergunung serta terdapat tebing yang
terjal. Menurut kalisifikasi Schmidt dan Ferguson termasuk type iklim B, dengan
curah hujan rata-rata 3.000 mm/thn, kelembaban udara 70 – 80 % dan
temperatur 10 º C.
Full
Team!!
Gak
kerasa juga akhirnya sudah jadi alumni dari Polman Bandung ini. Manis pahit
cerita 3 tahun ini sudah ditelan bulat-bulat. Walaupun sudah alumni tapi belum
gantung carrier. Ini dia Full team pendakian kali ini.
4
orang dari UKM
6
orang Mahasiswa Baru.
dari kiri: mas Coy, Rizal, Aji, Dani, Ferdiand, Syifa, Ade, Gifari, Jarwo, Deni |
Kalo
liat muka Mahasiswa baru serasa umur jadi muda lagi, hadeeh inget umur udah 21
haha.
To the story!!
Hari 1 sabtu 28 –
Sept – 2013 (Start point, Road, Meet Point, and Climb)
Start Point
Titik
0 km pendakian kali ini yaitu dari gerbang polman bandung. Mereka kumpul dari
jam 7:30 (katanya) dan dari dago ini lanjut menggunakan angkutan umum hingga
sampai di terminal Cicaheum. Dari cicaheum dilanjutkan dengan naik mobil elf
jurusan Bandung – cikajang. Seperti biasa kalo Ade yang nawar harga pasti turun
drastis, Rp 18.000 nyampe Cisurupan (katanya) waaw. Tidak terbayang bagaimana
sengitnya silat lidah yang terjadi di terminal cicahuem pagi itu.. nah kok
katanya melulu?? Haha.
Kali
ini saya gak ikut start dari titik 0 tapi malah nungguin di pertigaan
cisurupannya. Ya memang kalo udah alumni kerjaannya udah nganggur haha.
Tepat
jam 12.00 dering massage berbunyi, akhirnya rombongan polman ini sudah mencapai
kota garut. Berbanding terbalik dengan saya yang masih packing barang bawaan.
Packing kilat menjadi metode terbaik saat itu, tapi target harus terpenuhi di
carrier hanya bawa beban <15 Kg (Ultalight Hiking)
Road
Dapat
massage terakhir rombongan ini sudah melewati jl raya bayombong, lagi-lagi
berbanding terbalik dengan saya yang masih berada dalam kota. Motor matic ini
pun di gas dalam-dalam biar kesusul tuh elf, dan finally kesusul juga elfnnya.
Lewat
pasar Bayombong saya putuskan buat break dulu sambil nungguin elfnya lewat,
maksudnya biar datang barengan di camp david. Nunggu lama malah ada massage
mereka udah ada di cisurupan.
Kapan
mereka nyusul saya?? Pertanyaan itu masih belum terjawab hingga sekarang…
Meet Point
Setelah
ketemu rombongan ini di pertigaan cisurupan dan karena elf ini malah ngetem
akhirnya saya melanjutkan perjalanan menuju camp david dengan motor matic ini.
Memang belum banyak berubah jalan dari pertigaan cisurupan hingga camp david. Ya
jalannya sudah rusak kalo pake skala 1 – 10 saya beri nilai 7 buat kerusakan
jalan disini.
Gak
terhitung deh berapa kali bagian bawah motor ini nabrak batu, tapi untungnya
nggak sampai mogok. Baru ¾ perjalanan menuju camp david ada bis pariwisata yang
mogok… bayangkan saja bis pariwisata saja sampai mogok, kayanya si matic masih
berbaik hati haha. Lebih gak nyangka lagi ternyata penumpang bis itu adalah
bule-bule yang sengaja datang ke kawah Papandayan. Salut sama mereka udah tua
tapi masih punya semangat buat travelling, ke indonesia lagi hihi J
Akhirnya
sampe juga di pos pendakian Gn. Papandayan, sambil nunggu rombongan yang naik
elf ini ngobrol sama penjaganya.
Beliau
bercerita soal sejarah di Gn. Papandayan, bukan mengenai bagaimana erupsi gunung
ini tp mengenai infrastrukturnya. Ternyata sebelum tahun 1990 terdapat jalur
yang menghubungkan antara Pangalengan dan Garut, buat mengangkut hasil perkebunan.
Hmm karena saya sudah merasakan jalur pendakian dari Pangalengan, sudah
terbayang bagaimana jalan tersebut bisa membantu para petani buat menyalurkan
hasil pertaniannya. Berbeda dengan sekarang hanya motor saja yang bisa masuk
jalur tersebut.
Tak
lama bule yang tadi ada di bis berdatangan menggunakan ojeg..
papandayan dan bule naik ojeg |
Beliau
pun bercerita kembali “Jangan ngeremehin bule-bule yang udah tua itu, walaupun
udah tua tapi mereka masih kuat buat naik. Pernah bapak mengantar 1 rombongan
bule dari belanda yang pernah dilahirkan di daerah pangalengan. Nganterin
mereka sampai sana, kalo dibandingin sama bapak mereka pada kuat-kuat jalannya. Tapi yang buat bapak
heran mereka juga bisa berbahasa sunda dengan sangat lancar dan pake tata
bahasa yang paling ramah ….. “
Panjang
juga beliau bercerita tapi yang membuat saya kagum lagu dari cerita ini yaitu bule
yang mungkin numpang TTL di Indonesia pada akta kelahirannya sampai begitu
merindukan dan memahami budaya negara ini. Proud!!
Akhirnya
mereka datang juga,,
Setelah
mendaftar di pos pendakian ini kami beristirahat sejenak dan shalat.
Climb
Setelah
beres packing kami meneruskan perjalanan, dan untungnya hari itu tidak turun
hujan. Maklum lupa bawa jas hujan…
Karena
ini temanya adalah pendakian bersama saya putuskan untuk memakai jalur landai
menuju -tegal alun.
-Camp
david
-Kawah
-Pintu
angin
-Pondok
saladah
-Hutan
mati dan
-Tegal
alun
Here
we go!!
Pendakian
dimulai dengan formasi 6 orang mahasiswa baru yang diaping oleh 4 orang
anggota ukm yang posisinya 2 dibelakang dan 2 didepan. Kali ini saya berada di
depan karena tugas jadi navigator.
Tebing-tebing
terjal berwarna coklat menjadi papan selamat dating bagi kami. Bebatuan kecil yang bercampur sulfur hingga menjadikannya
berwarna putih menjadi alas kami dalam pendakian kali ini. Awal langkah kami
memang cukup cepat, tidak terasa kami sudah 15 menit berjalan. cukup lama kami
berjalan hingga akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat sejenak. Meminum
air putih yang terasa sangat nikmat kali itu, cukup untuk membasahi tenggorokan
kami dan mengganti ion yang sudah terpakai selama 15 menit itu.
break |
Kami
melanjutkan melangkah, sesaat kami berpapasan dengan pendaki lain. Muka yang
ramah dan tanpa adanya perbedaan. Sesekali kami berpapasan dengan bule,
bertatap muka dan menunjukan keramahan kita pada mereka. Tersenyum ataupun
menyapa hello atau mungkin meningatkan mereka untuk berhati hati “be carefull
ma’am”.
Lama
kami terus berjalan hingga akhirnya berhenti di jalur percabangan antara jalur
hutan mati dan jalur pondok saladah. Tempat itu cukup kejam, bau belerang yang
keluar dari kawah memaksa kami sesekali untuk menutup hidung kami. Walaupun hanya
sebentar cukup buat saya untuk merindukan hirupan O2 yang bersih.
Kami
melanjutkan perjalanan menuju pondok seladah. Kali ini rintangan kami bukan
lagi batu berwarna putih ataupun bau belerang yang menyengat. Rintangan kali
ini adalah turunan dan tanjakan dengan kemiringan 80 derajat. Kami melangkah
dengan berhati-hati, dengan perlahan tapi pasti kami sudah melewati turunan
tersebut. Sebentar ku melirik kearah belakang, terlihat dengan sangat jelas
longsoran yang menyebabkan jalan yang menghubungkan garut – pangalengan ini
terputus. Setelah turunan tentunya tanjakan yang menanti kami, cukup nguras nafas buat melewati tanjakan ini. tapi
akhirnya dilewati juga :)
motor aja lewat. motor super itu!! |
Pintu
angin ya entah kenapa nama itu dipilih mungkin karena tiupan anginnya memang
sangat terasa dari arah camp david. Di puintu angin ini terdapat tiga
percabangan dari arah camp david.
-Arah
lurus mengikuti jalan besar mengarah ke desa pangalengan bandung
-Arah
kanan menuju tegal panjang dan kemudian tembus ke desa cibutarua, pangalengan.
-Arah
kiri menuju pondok saladah.
Pintu masuk jalur ke pondok seladah |
Jalur
dari pintu angin menuju pondok saladah tidak terlalu berat, hanya didominasi
oleh jalur landai dan dari jalur ini juga kawah dapat terlihat dengan sangat
jelas.
Pondok
seladah merupakan tempat camp yang sangat luas, terdapat hamparan edelweiss. Di
pondok saladah ini juga terdapat mata air. Kami berempat sempat bersilat lidah
juga disini why?? Haha. Ya silat lidah buat mutusin di camp disini atau nggak. Maklum
atmosfer disini sudah beda. Karena voting banyak yang ingin camp di tegal alun
akhirnya kami lanjut perjalanan.
Dari
pondok seladah ini terdapat 2 jalur menuju puncak:
-Jalur
pertama melalui tanakan berbatu yang sangat jelas terlihat dan
-Jalur
kedua melewati hutan mati yang kemudian tembus di tegal alun.
Balik
lagi ke temanya kita pilih jalur yang landai melewati hutan mati, tapi hari itu
hutan mati tidak benar-benar mati. Ada banyak pembangkit orang mati disini
hihi, dan modus di gunungpun dikeluarin. Ini dia buktinya.
modus itumah |
Setelah
melewati hutan mati, ada penderitaan terakhir menuju tegal alun. Yap tanjakan
mamang, dan entah alasan apa tanjakan ini dinamai tanjakan mamang. Tanjakannya
cukup berat tapi hanya beberapa menit saja, sekitar 15 menit melewati tanjakan
mamang ini.
tanjakan mamang |
Finally
We are at Tegal Alun
tegal alun di senja hari |
Setelah
buka lapak tenda, kami ber sepuluh duduk di depan api unggun. Menerima radiasi
panasnya, sedikit menghangatkan diri. Di malam itu kami bercerita mengenai
pendakian ini dan pengalaman-pengalaman buruk mengenai pendakian.
Memang
semua hal itu ada ilmunya, mungkin itu yang saya dapatkan malam itu.
api unggun |
Malam
28 september…
0 komentar:
Posting Komentar