Sabtu, 05 Oktober 2013

CatPer Pendakian bersama Papandayan 28-29/09/13 Part 1/2 (Background, information and story)




"Selalu ada hal baru dari tempat yang sudah didatangi yang diperlukan  hanya mencari sudut pandang yang tak terlihat"

Part ½  (Background, information and story)

Background
Pendakian bersama yang memang sudah menjadi hal rutin tiap tahunnya yang diadakan oleh UKM kami. Gunung Papandayan menjadi tujuan pendakian kali ini. 

Informasi Umum
Gunung Papandayan adalah gunung api yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat tepatnya di Kecamatan Cisurupan. Gunung dengan ketinggian 2665 meter di atas permukaan laut itu terletak sekitar 70 km sebelah tenggara Kota Bandung.
Topografi di dalam kawasan curam, berbukit dan bergunung serta terdapat tebing yang terjal. Menurut kalisifikasi Schmidt dan Ferguson termasuk type iklim B, dengan curah hujan rata-rata 3.000 mm/thn, kelembaban udara 70 – 80 % dan temperatur 10 º C.

Full Team!!
Gak kerasa juga akhirnya sudah jadi alumni dari Polman Bandung ini. Manis pahit cerita 3 tahun ini sudah ditelan bulat-bulat. Walaupun sudah alumni tapi belum gantung carrier. Ini dia Full team pendakian kali ini.
4 orang dari UKM
6 orang Mahasiswa Baru. 

dari kiri: mas Coy, Rizal, Aji, Dani, Ferdiand, Syifa, Ade, Gifari, Jarwo, Deni


Kalo liat muka Mahasiswa baru serasa umur jadi muda lagi, hadeeh inget umur udah 21 haha.


To the story!!

Hari 1 sabtu 28 – Sept – 2013 (Start point, Road, Meet Point, and Climb)
Start Point
Titik 0 km pendakian kali ini yaitu dari gerbang polman bandung. Mereka kumpul dari jam 7:30 (katanya) dan dari dago ini lanjut menggunakan angkutan umum hingga sampai di terminal Cicaheum. Dari cicaheum dilanjutkan dengan naik mobil elf jurusan Bandung – cikajang. Seperti biasa kalo Ade yang nawar harga pasti turun drastis, Rp 18.000 nyampe Cisurupan (katanya) waaw. Tidak terbayang bagaimana sengitnya silat lidah yang terjadi di terminal cicahuem pagi itu.. nah kok katanya melulu?? Haha.
Kali ini saya gak ikut start dari titik 0 tapi malah nungguin di pertigaan cisurupannya. Ya memang kalo udah alumni kerjaannya udah nganggur haha.
Tepat jam 12.00 dering massage berbunyi, akhirnya rombongan polman ini sudah mencapai kota garut. Berbanding terbalik dengan saya yang masih packing barang bawaan. Packing kilat menjadi metode terbaik saat itu, tapi target harus terpenuhi di carrier hanya bawa beban <15 Kg (Ultalight Hiking) 

Road
Dapat massage terakhir rombongan ini sudah melewati jl raya bayombong, lagi-lagi berbanding terbalik dengan saya yang masih berada dalam kota. Motor matic ini pun di gas dalam-dalam biar kesusul tuh elf, dan finally kesusul juga elfnnya.
Lewat pasar Bayombong saya putuskan buat break dulu sambil nungguin elfnya lewat, maksudnya biar datang barengan di camp david. Nunggu lama malah ada massage mereka udah ada di cisurupan.
Kapan mereka nyusul saya?? Pertanyaan itu masih belum terjawab hingga sekarang… 

Meet Point
Setelah ketemu rombongan ini di pertigaan cisurupan dan karena elf ini malah ngetem akhirnya saya melanjutkan perjalanan menuju camp david dengan motor matic ini. Memang belum banyak berubah jalan dari pertigaan cisurupan hingga camp david. Ya jalannya sudah rusak kalo pake skala 1 – 10 saya beri nilai 7 buat kerusakan jalan disini.
Gak terhitung deh berapa kali bagian bawah motor ini nabrak batu, tapi untungnya nggak sampai mogok. Baru ¾ perjalanan menuju camp david ada bis pariwisata yang mogok… bayangkan saja bis pariwisata saja sampai mogok, kayanya si matic masih berbaik hati haha. Lebih gak nyangka lagi ternyata penumpang bis itu adalah bule-bule yang sengaja datang ke kawah Papandayan. Salut sama mereka udah tua tapi masih punya semangat buat travelling, ke indonesia lagi hihi J

Akhirnya sampe juga di pos pendakian Gn. Papandayan, sambil nunggu rombongan yang naik elf ini ngobrol sama penjaganya.
Beliau bercerita soal sejarah di Gn. Papandayan, bukan mengenai bagaimana erupsi gunung ini tp mengenai infrastrukturnya. Ternyata sebelum tahun 1990 terdapat jalur yang menghubungkan antara Pangalengan dan Garut, buat mengangkut hasil perkebunan. Hmm karena saya sudah merasakan jalur pendakian dari Pangalengan, sudah terbayang bagaimana jalan tersebut bisa membantu para petani buat menyalurkan hasil pertaniannya. Berbeda dengan sekarang hanya motor saja yang bisa masuk jalur tersebut.
Tak lama bule yang tadi ada di bis berdatangan menggunakan ojeg..

papandayan dan bule naik ojeg


Beliau pun bercerita kembali “Jangan ngeremehin bule-bule yang udah tua itu, walaupun udah tua tapi mereka masih kuat buat naik. Pernah bapak mengantar 1 rombongan bule dari belanda yang pernah dilahirkan di daerah pangalengan. Nganterin mereka sampai sana, kalo dibandingin sama bapak mereka  pada kuat-kuat jalannya. Tapi yang buat bapak heran mereka juga bisa berbahasa sunda dengan sangat lancar dan pake tata bahasa yang paling ramah ….. “
Panjang juga beliau bercerita tapi yang membuat saya kagum lagu dari cerita ini yaitu bule yang mungkin numpang TTL di Indonesia pada akta kelahirannya sampai begitu merindukan dan memahami budaya negara ini. Proud!!
Akhirnya mereka datang juga,,
Setelah mendaftar di pos pendakian ini kami beristirahat sejenak dan shalat. 

Climb
Setelah beres packing kami meneruskan perjalanan, dan untungnya hari itu tidak turun hujan. Maklum lupa bawa jas hujan…
Karena ini temanya adalah pendakian bersama saya putuskan untuk memakai jalur landai menuju -tegal alun.
-Camp david
-Kawah
-Pintu angin
-Pondok saladah
-Hutan mati dan
-Tegal alun

Here we go!!
Pendakian dimulai dengan formasi 6 orang mahasiswa baru yang diaping oleh 4 orang anggota ukm yang posisinya 2 dibelakang dan 2 didepan. Kali ini saya berada di depan karena tugas jadi navigator.


Tebing-tebing terjal berwarna coklat menjadi papan selamat dating bagi kami. Bebatuan kecil  yang bercampur sulfur hingga menjadikannya berwarna putih menjadi alas kami dalam pendakian kali ini. Awal langkah kami memang cukup cepat, tidak terasa kami sudah 15 menit berjalan. cukup lama kami berjalan hingga akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat sejenak. Meminum air putih yang terasa sangat nikmat kali itu, cukup untuk membasahi tenggorokan kami dan mengganti ion yang sudah terpakai selama 15 menit itu.



break



 Kami melanjutkan melangkah, sesaat kami berpapasan dengan pendaki lain. Muka yang ramah dan tanpa adanya perbedaan. Sesekali kami berpapasan dengan bule, bertatap muka dan menunjukan keramahan kita pada mereka. Tersenyum ataupun menyapa hello atau mungkin meningatkan mereka untuk berhati hati “be carefull ma’am”.






Lama kami terus berjalan hingga akhirnya berhenti di jalur percabangan antara jalur hutan mati dan jalur pondok saladah. Tempat itu cukup kejam, bau belerang yang keluar dari kawah memaksa kami sesekali untuk menutup hidung kami. Walaupun hanya sebentar cukup buat saya untuk merindukan hirupan O2 yang bersih.



Kami melanjutkan perjalanan menuju pondok seladah. Kali ini rintangan kami bukan lagi batu berwarna putih ataupun bau belerang yang menyengat. Rintangan kali ini adalah turunan dan tanjakan dengan kemiringan 80 derajat. Kami melangkah dengan berhati-hati, dengan perlahan tapi pasti kami sudah melewati turunan tersebut. Sebentar ku melirik kearah belakang, terlihat dengan sangat jelas longsoran yang menyebabkan jalan yang menghubungkan garut – pangalengan ini terputus. Setelah turunan tentunya tanjakan yang menanti kami, cukup nguras  nafas buat melewati tanjakan ini. tapi akhirnya dilewati juga :)


motor aja lewat. motor super itu!!
 
Pintu angin ya entah kenapa nama itu dipilih mungkin karena tiupan anginnya memang sangat terasa dari arah camp david. Di puintu angin ini terdapat tiga percabangan dari arah camp david.

-Arah lurus mengikuti jalan besar mengarah ke desa pangalengan bandung
-Arah kanan menuju tegal panjang dan kemudian tembus ke desa cibutarua, pangalengan.
-Arah kiri menuju pondok saladah. 
Pintu masuk jalur ke pondok seladah

Jalur dari pintu angin menuju pondok saladah tidak terlalu berat, hanya didominasi oleh jalur landai dan dari jalur ini juga kawah dapat terlihat dengan sangat jelas. 


Pondok seladah merupakan tempat camp yang sangat luas, terdapat hamparan edelweiss. Di pondok saladah ini juga terdapat mata air. Kami berempat sempat bersilat lidah juga disini why?? Haha. Ya silat lidah buat mutusin di camp disini atau nggak. Maklum atmosfer disini sudah beda. Karena voting banyak yang ingin camp di tegal alun akhirnya kami lanjut perjalanan.
Dari pondok seladah ini terdapat 2 jalur menuju puncak:

-Jalur pertama melalui tanakan berbatu yang sangat jelas terlihat dan
-Jalur kedua melewati hutan mati yang kemudian tembus di tegal alun. 

Balik lagi ke temanya kita pilih jalur yang landai melewati hutan mati, tapi hari itu hutan mati tidak benar-benar mati. Ada banyak pembangkit orang mati disini hihi, dan modus di gunungpun dikeluarin. Ini dia buktinya.
modus itumah

Setelah melewati hutan mati, ada penderitaan terakhir menuju tegal alun. Yap tanjakan mamang, dan entah alasan apa tanjakan ini dinamai tanjakan mamang. Tanjakannya cukup berat tapi hanya beberapa menit saja, sekitar 15 menit melewati tanjakan mamang ini.

tanjakan mamang

 Finally We are at Tegal Alun

tegal alun di senja hari

Setelah buka lapak tenda, kami ber sepuluh duduk di depan api unggun. Menerima radiasi panasnya, sedikit menghangatkan diri. Di malam itu kami bercerita mengenai pendakian ini dan pengalaman-pengalaman buruk mengenai pendakian.
Memang semua hal itu ada ilmunya, mungkin itu yang saya dapatkan malam itu.
api unggun

Malam 28 september…

0 komentar:

Posting Komentar