"Ganti
destinasi bukan berarti kehilangan arah, reorient lagi, maknai, nikmati dan
ceritakan"
(Background)
Akhirnya team “kasta kuat” berkumpul lagi. Team pendakian
slamet yang terkenal akan perdebatan akan hal ini dan hal itu, hasil dari
perdebatan itu adalah diam… hmm
Misi pendakian kali
ini complete “second S” entah itu sumbing atau sindoro terserah lah biar pak
hakim yang memutuskan.
prinsip pendakian “Happines exist when we are share”
1/11/2013
(Keberangkatan)
Meet point pertama pendakian kali ini adalah terminal
wonosobo, yah west java we are coming hha. Start perjalanannya dibagi menjadi
3:
1.
Start point Bandung, kahya dan Andreas
2.
Start point Lebak bulus, Raja
3.
Start point Kalideres, deni (me)
Tiga start point ini berangkat
menggunakan bis malam dengan PO yang berbeda-beda, yah sekalian membandingkan
kualitas antar PO. Saya sendiri kebagian bis malam ekonomi dari kalideres
dengan harga Rp 65.000 paling murah dibanding dengan yang lain hha
20.00
Bis malam ini mulai meninggalkan
kota jakarta mulai masuk jalur Pantura,kebut-kebutan antar bis malam sepertinya
memang sudah jadi hal biasa. Mulai terasa feel bis malamnya. Diuar bis ini
sepertinya terlihat sengit dengan aksi liuk liuknya sedangkan di dalam saya
malah ngobrol dengan penumpang lainnya.
Bercengkrama dengan orang asing
di tengah perjalanan memang selalu menyenangkan, ngomongin hal itu dan hal ini.ditengah
percakapan dia menanyakan tujuan saya, hmm karena saya ingin tau soal prau saya
jawab “saya mau ke Prau”. Dari situ topik berganti menjadi Dieng. Entah kenapa
seperti suatu pertanda bahwa saya akan ke Prau.
Lama perjalanan di bus ini
dihabiskan dengan aktivitas yang bernama tidur..Zzzz terbangun dengan pengamen
yang bernyanyi menggunakan bahasa jawa. Tersadar ternyata sudah masuk jawa
tengah, merasa tersentuh juga dengan banyaknya bahasa daerah dan ras yang ada
di Indonesia. Sangat banyak dan saya menjadi salah satunya. Di arah jendela bis ini terliahat pucuk-pucuk
indonesia lainnya. Yah Gn. Slamet yang pernah saya sapa. Waktu memang secara
tak disadari berlalu melewati tokohnya, yang tersisa adalah memori yang harus
di kenang dan dijadikan pelajaran.
Alhamdulillah akhirnya dapat
sampai di terminal Wonosobo dengan kesan pertama disini adalah “bersih”. Dengan
menggendong carrier eiger tallus yang sudah menjadi teman terbaik saya. Di
kejauhan terlihat 2 orang yang sudah bosan menunggu saya,, haha ya mereka tim dari
bandung Andreas dan Kahya yang sudah meunggu di terminal ini dari jam 6 pagi,,
sedangkan saya baru datang jam 9 pagi. Terlihat muka kesal mereka.
andree |
pak hakim |
Anggota lainnya yang belum datang
adalah Raja, terkendala dengan PO nya yang malah mogok di daerah pantura.
Hingga akhirnya dia datang juga, saat melihat jam, hmm jam 11 siang ternyata.
Kedatangan Raja memang sangat ditunggu-tunggu dengan tas ranselnya yang berisi
full. Saya kira isinya adalah perlatan hiking dan ternyata isinya adalah ini.
Nggak karuan bawa miniuete maid dan kratingdeng satu skat.. ngakak liatnya LOL
Jakong |
2/11/2013 (Meeting
point, Dieng, Prau)
Akhirnya kami berempat dapat
berkumpul lagi di terminal ini.Berdiskusi dengan alot karena jam menunjukan
pukul 12 siang yang artinya akan terjadi pendakian malam menuju gn sumbing.
Saya yang awalnya keukeuh menuju sumbing akhirnya ikut voting terbanyak
kelompok yang memutuskan buat ke Gn prau.. tuh kan memang sudah firasat dari
bis tadi, akhirnya PRAU !!
Mendadak searching info-info
transport menuju Prau dieng, memang yang namanya keberuntungan ada saja.
Ternyata di sebelah tempat kami duduk adalah agen pariwisata menuju Dieng.
Sebelum kami menanyakan harga main tebak harga dulu haha..
Petualangan kali ini judulnya
sedikit bergeser ke travelling haha. Di perjalanan menuju Dieng ini di samping
sebelah kanan terlihat dunung sindoro yang gagah berdiri.. ahh. Jadi merinding
melihatnya.
Setelah kurang lebih berkendara 2 jam akhirnya kami datang
di daerah Dienga plateau. Tak pernah terencanakan dan tak terbanyangkan
sebelumnya, tapi here we are. We are in Dieng..
Awalnya kami kebingungan dengan tempat ini, yah karena emang
kita diturunkan di tempat entah berantah sama sopirnya. Get Lost again.. Tanya
menanya akhirnya kami menemukan jalan kalo mau hiking ke Prau itu harus lapor
ke Base Camp yang Gunung Prau yang ternyata tempatnya sudah terlewat tadi. Hmm
sekalian pemanasan kami memutuskan untuk pergi ke base camp dengan berjalan
kaki. Wiih ternyata memang jauh base campnya.. Pemanasannya cuman jalan 10
menit saja, udah keliatan pada keringatan tuh termasuk saya juga hha. Akhirnyaa
kami naik transport yang ada di sini. Memang unik transportasi yang ada di Dieng,
kebanyakan adalah bis 3 / 4.
Emang kalo naik transport nggak lama dibanding dengan jalan
kaki, akhirnya sampai juga di basecamp Pendakian gunung Prau. Disini kami
daftar pendakian seperti biasa. Baru pertama kali kami kesini dan juga memang informasi
jalur pendakian tidak lengkap, minta tolong dengan penjaga pos pendakian dan
akhirnya diantar sampai di tanjakan 1000 tangga haha. My called for this
stairs. Terima kasih buat penjaganya. Menurut informasi juga sudah 3 minggu di
puncak prau ini tidak ada sunrise alias berkabut semua. Hmm keep going saja.
Pendakian dimulai dengan mengucapkan doa meminta keselamatan
pada YME.
Yap Pendakian dimulai, Pak Hakim Kahya alias si Kuat 1 yang
memimpin pendakian..
Jalur menuju prau ini kalau di bandingkan sama dengan jalur
pendakian menuiju cikuray lewat jalur pemancar hanya saja waktu tempuhnya
sekitar 2 jam. Diperjalanan ini si kuat 1 dan si kuat 2 berjalan di depan.
Entah mengapa mereka terburu-buru?? saya sendiri yang menjaddi si kuat 3 dan
raja si kuat 4 berjalan di belakang. Selingan menjepret sebagian lukisan di
dieng dan banyak berfilosofi mengenai kehidupan.
Diantara jepretan-jepretan ini terekam telaga warna. Wah
telaga yang sebelumnya hanya saya liat-liat di tampilan LCD komputer sekarang
ada di depan mata saya, subhanallah.
Lama menanjak akhirnya sampai
juga di puncak Prau. So wide!! Ya sangat luas. Segera kami menempati spot untuk
camp, seperti biasa mengambil tempat yang jauh dari keramaian pendaki lainnya.
Sore itu angin di puncak ini sangat kencang tapi tak disadari lukisan lainnya
hadir di hadapan kami. Sumbing dan Sindoro terlihat dari gunung Prau,
diselimuti dengan kabut putih yang menyelimuti. Mungkin hal itu sudah lebih
dari cukup.
Terpesona dengan pemandangan ini kami hampir lupa untuk
mendirikan tenda haha.. dan mendadak juga terpesona dengan pemandangan
lainnya.. dengan background sunset dan gunung slamet
Cooking time,, sudah lama saya nggak menyicipi masakan dari
cheff Jakong. Memasak sembari bercerita mengenai perjalanan setelah wisuda. Ah
memang hal sederhana tapi berkesan. Hal sederhana lainnya yaitu bermain
permainan baru “kartu Bohong” haha permainan simple tapi berkesan lagi. Rulenya
pemain yang kalah harus melepaskan armornya (jaket) di tengah tiupan angin
malam yang kencang.
Ditemani dengan tiupan angin kencang dan masakan hasil
racikan Cheff Jakong kami pun tertidur.. Zzz
yang terkalahkan |
3/11/2013 (Prau, Telaga Warna, Come Back)
Pagi pukul 5:00
dibangunkan dengan suara angin kencang di ketinggian ini. Yah ketika keluar
dari tenda yang terlihat adalah gumpalan kabut putih yang menitupi sinar pagi.
Kami putuskan untuk memulai penjelajahan di puncak Prau ini di tengah keramaian
pendaki lainnya. Orientasi dulu sebelum menjelajah daerah ini.
Terus menjalajahi tempat ini, dan ya memang sangat luas
puncak prau ini. Setelah berada di suatu tempat di puncak prau ini ada ungkapan
dari si kuat 2,, haha aweuaweu
Selama camp di sini memang cuacanya tak bersahabat, banyak
di temani dengan angin kencang. Hampir
gak percaya juga tenda Consina Magnum ini bisa kuat diabandingkan dengan
tenda-tenda lainnya yang ada di puncak prau.
Hingga pukul 11 pagi kabut putih ini menyelimuti puncak prau
hinga kami memutuskan untuk turun dan melanjutkan destinasi ke tempat lainnya,
ya telaga warna. Perjalanan turun ini lumayan cepat juga ditandai bahwa kasta
si kuat bisa dipatahkan disini. Haha
Kembali laporan turun
ke basecamp pendakian dan jangan lupa untuk membawa sampahnya. Setelah melapor
ternyata disamping pos pendakian ada penjual oleh-oleh khas Dieng “Carica”. Makanannya
unik kaya papaya yang dibuat manisan pas dicobain hmm enak juga, apalagi gratis
kalo nyobain hehe.
Akhirnya sampe di talaga warna,
Tak lama kami menikmati talaga bodas ini, hanya selama
jagung bakar dipanggang dan selama jagung bakar dimakan oleh 4 orang. Apalagi
yang kalah taruhan harus bayarin jagung,,
Perjalanan dari talaga bodas menuju pertigaan losmen
menggunakan ojeg dan disambung menggunakan bis 3 / 4 hingga sampai ke terminal
wonosobo.
Yah ada di terminal lagi,, tempat yang selalu menjadi
pertemuan dan menjadi perpisahan juga.
Terimakasih untuk kesempatan
travellingnya
Terimakasih untuk kartu bohongnya haha
Terimakasih untuk para pendaki prau 2 November 2013
mantap gan share nya , keep posting dengan sytle menyajikannya !
BalasHapus