Sabtu, 23 Agustus 2014

Mengintip puncak Rakutak, Merasakan dinginnya Ciharus dan Mengagumi Uap Energi Kamojang


 

 Danau hati itu bernama Ciharus dan Gunung Segitiga itu bernama Cikuray

Di akhir hari ketika malam mulai menyambut teringat, cerita seorang kawan mengenai gunung rakutak.. 

            “ ... Bayangkeun lintas ti Bandung nepi ka Garut lewat Gunung Rakutak. Gunung nu jalur ka puncakna ngan satengah meter , terus ngacamp di Ciharus tembus ka Kamojang....”

Sebuah kutipan cerita 2 tahun lalu.. If he remember @jakong. 

Korak-korek Google 

Gunung Rakutak terletak di Bandung selatan, tepatnya di Desa Sukarame Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung. Gunung ini memiliki 3 puncak dan puncak tertingginya adalah 1922 Mdpl , jalur dari puncak 2 menuju puncak 3 memiliki karakteristik yang unik, Jalur ini sangat sempit dengan lebarnya kira-kira 0.5 m dan sering dinamakan jembatan Sirathal Mustaqim

Danau Ciharus terletak di perbatasan antara Bandung selatan dan Garut, tepatnya berada di daerah Samarang,  Garut.  Tak banyak yang tahu mengenai danau ini tapi tak kalah juga dengan Rakumnya Semeru. 

Kamojang yang terletak di Kabupaten Garut dengan ketinggian ±1700 mdpl ini merupakan salah satu tempat yang memiliki kawah. Dari kawah tersebut dihasilkan uap yang dimanfaatkan untuk sumber tenaga listrik dan di daerah ini pula dibangun PLTU Kamojang.
Cari-cari jalurnya guys..


Untungnya udah ada google earth jadi mudah ngebayangin topografinya ^_^ selain nyari jalur sendiri makasih juga buat temen-temen Kaskus yang udah ngetag jalurnya juga.


Jumat 1 Agustus 2014
Kembali merasakan pagi cerah dikawasan KanaDa (Kanayakan Dago) 2 carier kosong mulai diisi satu persatu dengan logistik dan peralatan. Untuk pendakian lintas kali ini hanya kami berdua yang berkesempatan untuk merealisasikannya. Setelah selesai packing mulai deh meninggalkan kosan di KanaDa ini, tapi karena yang punya kosannya lagi mudik kepaksa harus manjat-manjat pagar kosan.

Dari Dago ini kami melanjutkan perjalan ke Cicendo, mau pamitan dulu ceritanya.

Duet Maut
 
Menuju Desa Sukarame dari bandung ini ternyata nggak terlalu ribet juga. Dari Cicendo naik Angkutan arah ke ITC dilanjut naik Elf ke arah Majalaya dan turun di terminal Ciparay. Dilanjut naik angkot warna kuning jurusan Ciparay – Cibeureum tapi pastikan terlebih dahulu kalau angkotnya lewat desa Sukarame atau bilang ke sopirnya mau ke Rakutak. Perjalanan dari bandung ke desa Sukarame ini ± 3 jam

Terminal Ciparay
Terminal Ciparay
 Terminal Ciparay .. angkot berwarna kuning..

 Kami sampai di desa sukarame sekitar pukul 5:30 sore dan langsung saja isi daftar pendaki yang ada di Base Campnya. Di Kaki gunung rakutak ini terdapat Komunitas Penikmat  Alamnya dengan nama Himpala Rakutak sekaligus yang ngelola basecampnya juga.

 

Pada hari itu ternyata banyak juga yang mendaki Rakutak ini terhitung 4 kelompok yang sudah jalan duluan dengan jumlah anggota dari 3 sampai 9 orang dan baru sadar juga hanya kami saja yang mendaki berdua hari itu.

Adzan Maghrib berkumandang sebelum kami berangkat akhirnya kami memutuskan berangkat setelah maghrib saja. Sambil beristirahat sejenak kami di ajak untuk bersilahturahmi dengan pengurus dari Base Camp ini, lumayan dapat sedikit info mengenai jalur pendakiannya. Setelah lama sharing dengan pengurusnya akhirnya kami berangkat naik sekitar pukul 6.30 sore. 

Jalur menuju pintu hutan ini memang cukup membingungkan karena harus melewati gang-gang rumah penduduk hingga harus motong-motong jalur kebun juga, tapi setelah ±15menit berjalan jalur pendakian mulai terlihat, ditandai dengan tanda panah berwarna putih yang digantung di pohon. Jalur meuju pintu hutan ini didominasi dengan perkebunan dan sawah warga. 

Tak lama kami sudah berada di batas pintu hutan, ditandai dengan banyaknya pohon awi yang masih tinggi. Memang untuk saat itu sulit untuk mengidentifikasi keadaan sekitar karena kondisi sudah malam dan harus waspada dengan hewan liar  karena informasi dari basecamp bahwa di pintu hutan ini masih banyak ditemui babi hutan terutama saat malam hari. 

30 menitan kami terus berjalan mengikuti jalan setapak yang tampak samar, hingga sampai di suatu ladang dengan area terbuka. Sejenak beristirahat di tepian batu hitam dan roti dadakan yang dibawa dari rumah tian menjadi hidangan pembuka . Tak lama  saya menengokan pandangan ke belakang, jajaran pegunungan malabar dan gunung wayang di arah barat laut dan butiran cahaya lampu kota menjadi pelengkap sempurna untuk lukisan ini it was amazing and also always be like that...

Perjalanan dilanjutkan kembali dengan tema pembicaraan ”flashback” hha. Selama hampir sejaman lebih bercerita mengenai masa-masa kuliah dulu. Tapi walaupun ceritanya sama tetap saja menjadi hal yang menggelikan ketika diceritakan kembali. 

Sekitar pukul 8.30 malam akhirnya kami menemukan tanda kehidupan. Sebuah tenda Magnum Consina yang berisi 4 jiwa dan  karena sudah malas juga kukurusukan di malam hari kami memutuskan untuk membuat camp disamping tenda mereka. 

Malam semakin larut dan api unggun perlahan menghangatkan tubuh lelah ini. Di balutan malam ini kami saling mengenalkan diri masing- masing dan ternyata asal punya usut ternyata mereka juga bersal dari Bandung dengan tujuan yang sama ke danau Ciharus. Hal yang sangat membuat mereka berbeda dengan kelompok yang lain adalah komposisi karakter orangnya.. bayangkan saja Gani dengan karakter yang sanguinis murni, kemudian Daud dengan karakter setengah Melankolis dan setengah Koleris, Kin-Kin dengan karakter Plegmatis murni dan saudaranya Gani dengan karakter yang hampir sama Plegmatis – Sanguinis.. satu kelompok dengan seorang berkarakter sanguinis sudah cukup untuk membuat kelompok tersebut “ngakak sepanjang jalan” makanya mereka memperkenalkan diri sebagai kelompok ketawa.. 

Sekitar pukul 11 malam, setelah menuntaskan hak dari perut akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat. Kondisi camp kami saat itu memang sedikit miring hingga tidur pun harus agak bermanuver. Memang tidak ada pilihan tempat camp yang terdekat selain di situ.

 Sabtu 2 Agustus 2014 

Jam 6 pagi matahari perlahan mulai menunjukan wujudnya. Cahaya kemerahannya terlihat disebrang pandangan tenda kami. Gunung wayang dan pegunungan Puntang yang tersinar olehnya menjadi sarapan bagi kami. Sesaat setelah hal tersebut kami mulai mempersiapkan sarapan yang sesungguhnya, hidangan nasi ditambah dengan telor goreng. Setelah itu kami mulai mempersiapkan untuk segera berangkat dan kali ini tim ketawa menjadi featuring kami. Set jam 9 kami memulai perjalan

Trek perjalanan di 10 menit pertama masih dikatakan “sopan” dengan tanjakan yang tidak terlalu curam dan banyak dihadiahi pemandangan lanskap yang memanjakan mata. Tak lama kami mulai memasuki perbatasan perkebunan warga. Jujur saja petani yang berkebun di sini pasti pada kuat2, kebayang jarak rumah warga dengan kebun mereka yang terlampau cukup jauh.

  

Photo tersebut adalah akhir dari trak yang sopan selanjutnya adalah trak yang buat pendaki menjadi sangat sopan hha. jalan dengan kemiringan hampir 70 menjadi teman kami hingga sampai di camp Rakutak yaitu Tegal Alun. Entah apa usal usul mereka menamakan camp tersebut seperti itu, tapi terasa sangat familiar dengan nama tersebut.

 


kami sampai di Tegal Alun pada pukul 10.30 pagi.. lumayan 1 jam 30 menit kukurusukan di jalur yang menyakitkan tadi hha. di camp ini bisa menampung sebanyak 3 tenda kapasitas 4 org namun untuk mata air tidak diketemukan di sini. Di camp ini kami beristirahat sejenak sambil menentukan posisi pada peta topografi. Walaupun skalanya kebesaran 1:25000 nggak tau deh posisi aslinya dimana hha. bergegas kami melanjutkan perjalanan menuju puncak 1 Rakutak. 

Trak pendakian dari tegal alun menuju puncak 1 Rakutak sama dengan trak awal selepas dari batas hutan.. tanjakan yang sangat sopan sekali. 1 jam kami berjalan dari camp tegal alun menuju puncak 1 rakutak dan akhirnya sampe juga walaupun target puncak 1 rakutak diluar perkiraan.. nah loh?? Ternyata kami sampai di puncak 2 Rakutak sedangkan sepanjang perjalanan dari camp tegal alun sendiri kami tidak menemukan tanda-tanda puncak 1 Rakutak.. waw apa ada yang salah?? Mungkin bonus ya bisa langsung ke puncak 2 Rakutaknya tapi terbayar dengan view lanskapnya.


Macro dikit


 

Nah selepas puncak terdapat jalur yang terkenal dengan nama “Sirathal Mustaqim” disebutkan seperti itu karena lebar di sepanjang jalur ini hanya 0.5 m dan kanan kirinya hanya ada jurang terjal. 



Nah nih di foto ada penampakan dari Gani yang mau ke puncak 3 nya Rakutak ..
Packing bentar dipuncak 2 dan sedikit makan cemilan disitu satelahnya kami melanjutkan perjalanan ke puncak 3. Bismillah!
Akhirnya setalah berdebar-debar selama hampir 20 menit di jalur tersebut akhirnya kami sampai di puncak 3 rakutak. Yah it’s amazing view again, how is.... dari puncak 3 rakutak ini danau ciharus dapat terlihat dengan jelas. Warna genangan air berwarna biru dengan diapit oleh 2 bukit sehingga bentukan danaunya terlihat seperti bentukan hati. Orang-orang di media sosial menyebutnnya sebagai Ranukumbolonya Jawa barat, i think it was definetly beautifull as same as Ranukumbolo :D 

Nggak lupa di puncak 3 ini kami selebrasikan pencapaian kami dengan foto-foto lagi. Nah yang lain asik foto-foto saya malah mulai cemas dengan arah yang akan diambil dari puncak 3 ini. Dalam bayangan saya jalur yang menuju danau ciharus ini tertutup dengan hutan yang lebat sehingga harus navigasi tertutup.. yah tertutup sambil nutup mata maksudnya hha. 


Dari puncak 3 ini kami melanjutkan mengikuti jalan setapak ke arah timur. Suatu tempat pada jalur ini kami menemukan plank “Ciharus” yah udah bener deh ini jalurnya

20 menitan dari jalur ini kami menemukan penanda puncak lainnya dan ternyata puncak tertinggi dari gunung rakutak  ada di spot ini. Ditandai dengan plank “top Rakutak 1971 mdpl” dan dibawahnya ada sedikit penanda jejak “fakultas peternakan unpad” nah loh berarti mereka ternak di puncak rakutak ya. Hha
 
Dari tempat tersebut jalur masih sama, tidak ada persimpangan jalan lagi hingga kami berada di batas puncak ini. Ternyata di sini ada hadiah pemandangan lanskap lagi,, Ciharus oh Ciharus..
Ciharus oh Ciharus


Nah dari tempat ini juga traknya mulai dengan turunan sadis, dengan kemiringan hampir 80 membuat  kami harus “kukurusukan” deui ngelewatinnya. Jalur ini bisa dikatakan masih “virgin” kaya film aja.. Hampir di setiap jalurnya masih di tutupi oleh semak-semak belukar dan untung saja Tian bawa si tajam Tramontina yang masih ada “barcodenya”, langsung buka jalurr.
Jalur yang mengerikan ini sampai memakan korban, korbannya adalah Raincover deuter yang sobek sepanjang 5cm.. oh nooo!!! Hha
Sebelum
Sesudah 


Walaupun nilai jual raincover sudah berkurang tetap fokus terusin perjalanan, eh tapi masih kepikiran deh.. hampir 4 jam kami “kukurusukan” dari puncak utama rakutak hingga Danau Ciharus, jalurnya memang samar-samar tapi masih bisa dilacak secara kasat mata. Tak lupa juga beberapa kali berorientasi kembali supaya tak terlalu melenceng jauh dari punggungan gunung rakutak. Jalur menuju Danau Ciharus ini terlihat jelas ketika menemukan jalur air. Memang dari jalur tersebut sering digunakan warga sebagai akses ke Ciharus. Jadi bisa disimpulakan jalur menuju ciharus ini ada 2 pertama lewat puncak ciharus yang memang jalurnya memutar dan jalur kedua dari desa daerah majalengka yang jalurnya lebih dekat. 

Jalur Cai

Pukul 5 sore akhirnya kami mencapai di Danau Ciharus dengan selamat, dan suasana di Danau tersebut sangat ramai, dari anak SD, SMP dan SMA bahkan banyak pemuda/i juga yang sudah pasang tenda di pinggiran danau ini. Sepeda motor yang sudah dimodif jadi trail ataupun masih orisinil menjadi transport yang sering digunakan menuju danau. Tapi yang paling penting setelah perjalanan panjang adalah “Makanan” dimana gorengannya??

Ngantosan Gorengan


Pagi mulai menjadi siang, Siang menjadi Sore dan Sore menjadi malam.. Sore sudah mencapai akhir waktunya dan malam perlahan mulai menyambut danau ciharus. tanah lembab di pinggiran danau kami pilih sebagai tempat camp.




Dimalam berkabut  itu kami duduk di tengah hangatnya perapian kompor portable. Sedikit teringat dengan suasana ini setahun yang lalu, ditengah dinginnya tegal panjang tempat yang banyak menyimpan cerita. Dan danau Ciharus menjadi tempat lainnya dimana cerita terus berlanjut, dimana kami menceritakan apa yang sudah dialami.

Sabtu 3 Agustus 2014 

Hari yang berkabut masih menyambut kami, tak ada bintang bertebaran yang bisa didokumentasikan. Yes i’m really miss that moment. Pagi ini kami berencana untuk melanjutkan perjalanan menuju kamojang.
Full Team

Setelah packing peralatan dan tentunya sarapan kami melanjutkan perjalanan, perjalanan menuju kamojang ini melewati jalur track motor cross sehingga harus awas dengan suara motor. Bayangkan saja jalur ini hanya bisa dilewati satu orang dan ketika ada motor yang lewat kami harus menyingkir dulu dari jalur.. oh noo!!




Kami meninggalkan Danau ciharus pada pukul 10 pagi dan selama hampir 3 jam kami menyusuri jalur track motor tersebut. Akhir dari jalur ini ditandai dengan jalur pipa PLTU Kamojang yang panjang. Memang jalur tersebut biasa dijadikan jalur motor cros, dimulai dari daerah paseh kamojang dan katanya keluar di daerah Samarang Garut. 

Akhirnya kami menemukan peradaban juga.. walaupun ditandai dengan  pipa-pipa gas panjang yang berdiameter hampir 1 m .. waw dan yang paling terpenting adalah hal tersebut ada di Indonesia. Tanah ini memang banyak memendam “harta Karun” entah selain ini Harta karun apa lagi yang bisa ditemukan.






Setelah menelusuri jalur pipa tersebut kami sampai di jalan besar dan akhirnya bisa menemukan angkutan juga. Jalan tersebut adalah jalan alternative Garut – Bandung yang melewati Paseh atau Majalengka. Karena masih di liburan lebaran suasana jalan ini masih ramai dengan pengunjung yang akan menjelajahi kawah kamojangnya. 

Tapi bagi kami penjelajahan ini sudah mencapai akhirnya.  yah saatnya perpisahan dan “i hate this moment, because a part of my memories was stolen by you” .
 Thanks God i have a chance to more know indonesia ^_^





Catatan perjalanan
Bandung – ITC = angkot jurusan ITC (lupa jurusannya)
ITC – Term.-  Ciparay = Elf Majalaya
Term. Ciparay – Desa Sukarame = Angkot Kuning (pastikan ke Rakutak)
Kamojang – Term kamojang = Angkutan umum coltbak
Term kamojang – Term. Samarang = Angkutan umum coltbak



Another Lanskap Pic











































Jumat, 08 Agustus 2014

Thanks A Lot : )




“Thanks A Lot : )“

Sebuah untaian kata sederhana yang berjuta arti
Sebuah unataian kata yang sudah saatnya terucap
Di sebuah tempat yang tinggi dimana elang hitam tak mampu terbang mencapainya
Di sebuah tempat dimana tak bisa ada tempat lagi yang dituju.

Kau tahu..
Kita bagaikan 2 garis lurus dengan titik kordinat yang berbeda
Hanya bersinggungan pada satu titik dan kemudian menjauh satu sama lain
Dan sebelum garis ini menjauh kau tahu aku masih memandangimu
Hingga kata yang terucap takkan mampu kau dengar
Hingga sebuah foto takkan mampu kau lihat.

Kau tahu..
Kita bagaikan daun dan uap embun di pagi hari
Membasahi telapak daun dan menguap menghilang tak berbekas
Dan sebelum embun ini menguap entah apa aku sudah cukup membuatmu cantik di pagi itu
Hingga sebuah pesan hangat di pagi hari takkan bisa kukirim lagi
Hingga sunyum angka 3 mu takkan pernah bisa kulihat kembali

Kau tahu..
Pertemuan kita takkan pernah seluas titik singgung dan
Pertemuan kita takkan lebih lama dari uap embun di pagi hari
Apa semua itu berarti bagimu??
Tapi bagiku hal itu sudah cukup untuk membuatku berkata “thanks a lot : )”
Ya...

Terimakasih karena jika bukan rasa ini aku hanya bisa diam
Terimakasih karena jika bukan rasa ini ketegaran itu takan pernah nampak
Terimakasih karena jika bukan rasa ini aku takkan pernah berani
Terimakasih karena jika bukan rasa ini aku takkan pernah bisa belajar

Bandung 7 juli 2013