Danau hati itu bernama Ciharus dan Gunung Segitiga itu
bernama Cikuray
Di akhir hari ketika malam mulai menyambut teringat,
cerita seorang kawan mengenai gunung rakutak..
“ ...
Bayangkeun lintas ti Bandung nepi ka Garut lewat Gunung Rakutak. Gunung nu
jalur ka puncakna ngan satengah meter , terus ngacamp di Ciharus tembus ka
Kamojang....”
Sebuah kutipan cerita 2 tahun lalu.. If he remember @jakong.
Korak-korek Google
Gunung Rakutak terletak di Bandung selatan, tepatnya di Desa Sukarame
Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung. Gunung ini memiliki 3 puncak dan puncak
tertingginya adalah 1922 Mdpl , jalur dari puncak 2 menuju puncak 3 memiliki
karakteristik yang unik, Jalur ini sangat sempit dengan lebarnya kira-kira 0.5
m dan sering dinamakan jembatan Sirathal
Mustaqim.
Danau Ciharus terletak di perbatasan antara Bandung selatan dan Garut,
tepatnya berada di daerah Samarang,
Garut. Tak banyak yang tahu
mengenai danau ini tapi tak kalah juga dengan Rakumnya Semeru.
Kamojang yang terletak di Kabupaten Garut dengan ketinggian ±1700
mdpl ini merupakan salah satu tempat yang memiliki kawah. Dari kawah tersebut
dihasilkan uap yang dimanfaatkan untuk sumber tenaga listrik dan di daerah ini
pula dibangun PLTU Kamojang.
Cari-cari jalurnya guys..
Untungnya udah ada google earth jadi mudah ngebayangin
topografinya ^_^ selain nyari jalur sendiri makasih juga buat temen-temen
Kaskus yang udah ngetag jalurnya juga.
Jumat 1 Agustus
2014
Kembali merasakan pagi cerah dikawasan KanaDa (Kanayakan Dago) 2 carier kosong
mulai diisi satu persatu dengan logistik dan peralatan. Untuk pendakian lintas
kali ini hanya kami berdua yang berkesempatan untuk merealisasikannya. Setelah
selesai packing mulai deh meninggalkan kosan di KanaDa ini, tapi karena yang
punya kosannya lagi mudik kepaksa harus manjat-manjat pagar kosan.
Dari Dago ini kami
melanjutkan perjalan ke Cicendo, mau pamitan dulu ceritanya.
Duet Maut |
Menuju Desa Sukarame
dari bandung ini ternyata nggak terlalu ribet juga. Dari Cicendo naik Angkutan
arah ke ITC dilanjut naik Elf ke arah Majalaya dan turun di terminal Ciparay.
Dilanjut naik angkot warna kuning jurusan Ciparay – Cibeureum tapi pastikan
terlebih dahulu kalau angkotnya lewat desa Sukarame atau bilang ke sopirnya mau
ke Rakutak. Perjalanan dari bandung ke desa Sukarame ini ± 3 jam
Terminal Ciparay |
Terminal Ciparay |
Terminal
Ciparay .. angkot berwarna kuning..
Kami sampai di desa
sukarame sekitar pukul 5:30 sore dan langsung saja isi daftar pendaki yang ada
di Base Campnya. Di Kaki gunung rakutak ini terdapat Komunitas Penikmat Alamnya dengan nama Himpala Rakutak sekaligus
yang ngelola basecampnya juga.
Pada hari itu
ternyata banyak juga yang mendaki Rakutak ini terhitung 4 kelompok yang sudah
jalan duluan dengan jumlah anggota dari 3 sampai 9 orang dan baru sadar juga
hanya kami saja yang mendaki berdua hari itu.
Adzan Maghrib
berkumandang sebelum kami berangkat akhirnya kami memutuskan berangkat setelah
maghrib saja. Sambil beristirahat sejenak kami di ajak untuk bersilahturahmi
dengan pengurus dari Base Camp ini, lumayan dapat sedikit info mengenai jalur
pendakiannya. Setelah lama sharing dengan pengurusnya akhirnya kami berangkat
naik sekitar pukul 6.30 sore.
Jalur menuju pintu
hutan ini memang cukup membingungkan karena harus melewati gang-gang rumah
penduduk hingga harus motong-motong jalur kebun juga, tapi setelah ±15menit
berjalan jalur pendakian mulai terlihat, ditandai dengan tanda panah berwarna
putih yang digantung di pohon. Jalur meuju pintu hutan ini didominasi dengan
perkebunan dan sawah warga.
Tak lama kami sudah
berada di batas pintu hutan, ditandai dengan banyaknya pohon awi yang masih tinggi. Memang untuk
saat itu sulit untuk mengidentifikasi keadaan sekitar karena kondisi sudah
malam dan harus waspada dengan hewan liar karena informasi dari basecamp bahwa di pintu
hutan ini masih banyak ditemui babi hutan terutama saat malam hari.
30 menitan kami terus
berjalan mengikuti jalan setapak yang tampak samar, hingga sampai di suatu
ladang dengan area terbuka. Sejenak beristirahat di tepian batu hitam dan roti
dadakan yang dibawa dari rumah tian menjadi hidangan pembuka . Tak lama saya menengokan pandangan ke belakang, jajaran
pegunungan malabar dan gunung wayang di arah barat laut dan butiran cahaya
lampu kota menjadi pelengkap sempurna untuk lukisan ini it was amazing and also always be like that...
Perjalanan
dilanjutkan kembali dengan tema pembicaraan ”flashback”
hha. Selama hampir sejaman lebih bercerita mengenai masa-masa kuliah dulu. Tapi
walaupun ceritanya sama tetap saja menjadi hal yang menggelikan ketika
diceritakan kembali.
Sekitar pukul 8.30
malam akhirnya kami menemukan tanda kehidupan. Sebuah tenda Magnum Consina yang
berisi 4 jiwa dan karena sudah malas
juga kukurusukan di malam hari kami memutuskan untuk membuat camp disamping
tenda mereka.
Malam semakin larut
dan api unggun perlahan menghangatkan tubuh lelah ini. Di balutan malam ini
kami saling mengenalkan diri masing- masing dan ternyata asal punya usut
ternyata mereka juga bersal dari Bandung dengan tujuan yang sama ke danau Ciharus.
Hal yang sangat membuat mereka berbeda dengan kelompok yang lain adalah
komposisi karakter orangnya.. bayangkan saja Gani dengan karakter yang
sanguinis murni, kemudian Daud dengan karakter setengah Melankolis dan setengah
Koleris, Kin-Kin dengan karakter Plegmatis murni dan saudaranya Gani dengan
karakter yang hampir sama Plegmatis – Sanguinis.. satu kelompok dengan seorang
berkarakter sanguinis sudah cukup untuk membuat kelompok tersebut “ngakak
sepanjang jalan” makanya mereka memperkenalkan diri sebagai kelompok ketawa..
Sekitar pukul 11
malam, setelah menuntaskan hak dari perut akhirnya kami memutuskan untuk
beristirahat. Kondisi camp kami saat itu memang sedikit miring hingga tidur pun
harus agak bermanuver. Memang tidak ada pilihan tempat camp yang terdekat
selain di situ.
Sabtu 2 Agustus 2014
Jam 6 pagi matahari
perlahan mulai menunjukan wujudnya. Cahaya kemerahannya terlihat disebrang
pandangan tenda kami. Gunung wayang dan pegunungan Puntang yang tersinar
olehnya menjadi sarapan bagi kami. Sesaat setelah hal tersebut kami mulai
mempersiapkan sarapan yang sesungguhnya, hidangan nasi ditambah dengan telor
goreng. Setelah itu kami mulai mempersiapkan untuk segera berangkat dan kali
ini tim ketawa menjadi featuring kami. Set jam 9 kami memulai perjalan
Trek perjalanan di 10
menit pertama masih dikatakan “sopan” dengan tanjakan yang tidak terlalu curam
dan banyak dihadiahi pemandangan lanskap yang memanjakan mata. Tak lama kami
mulai memasuki perbatasan perkebunan warga. Jujur saja petani yang berkebun di
sini pasti pada kuat2, kebayang jarak rumah warga dengan kebun mereka yang
terlampau cukup jauh.
Photo tersebut adalah
akhir dari trak yang sopan selanjutnya adalah trak yang buat pendaki menjadi
sangat sopan hha. jalan dengan kemiringan hampir 70 menjadi teman kami hingga
sampai di camp Rakutak yaitu Tegal Alun. Entah apa usal usul mereka menamakan camp
tersebut seperti itu, tapi terasa sangat familiar dengan nama tersebut.
kami sampai di Tegal
Alun pada pukul 10.30 pagi.. lumayan 1 jam 30 menit kukurusukan di jalur yang
menyakitkan tadi hha. di camp ini bisa menampung sebanyak 3 tenda kapasitas 4
org namun untuk mata air tidak diketemukan di sini. Di camp ini kami
beristirahat sejenak sambil menentukan posisi pada peta topografi. Walaupun
skalanya kebesaran 1:25000 nggak tau deh posisi aslinya dimana hha. bergegas
kami melanjutkan perjalanan menuju puncak 1 Rakutak.
Trak pendakian dari
tegal alun menuju puncak 1 Rakutak sama dengan trak awal selepas dari batas
hutan.. tanjakan yang sangat sopan sekali. 1 jam kami berjalan dari camp tegal
alun menuju puncak 1 rakutak dan akhirnya sampe juga walaupun target puncak 1 rakutak
diluar perkiraan.. nah loh?? Ternyata kami sampai di puncak 2 Rakutak sedangkan
sepanjang perjalanan dari camp tegal alun sendiri kami tidak menemukan
tanda-tanda puncak 1 Rakutak.. waw apa ada yang salah?? Mungkin bonus ya bisa
langsung ke puncak 2 Rakutaknya tapi terbayar dengan view lanskapnya.
Macro dikit |
Nah selepas puncak terdapat
jalur yang terkenal dengan nama “Sirathal Mustaqim” disebutkan seperti itu karena lebar di
sepanjang jalur ini hanya 0.5 m dan kanan kirinya hanya ada jurang terjal.
Nah nih di foto ada
penampakan dari Gani yang mau ke puncak 3 nya Rakutak ..
Packing bentar
dipuncak 2 dan sedikit makan cemilan disitu satelahnya kami melanjutkan
perjalanan ke puncak 3. Bismillah!
Akhirnya setalah
berdebar-debar selama hampir 20 menit di jalur tersebut akhirnya kami sampai di
puncak 3 rakutak. Yah it’s amazing view
again, how is.... dari puncak 3 rakutak ini danau ciharus dapat terlihat
dengan jelas. Warna genangan air berwarna biru dengan diapit oleh 2 bukit
sehingga bentukan danaunya terlihat seperti bentukan hati. Orang-orang di media
sosial menyebutnnya sebagai Ranukumbolonya Jawa barat, i think it was definetly beautifull as same as Ranukumbolo :D
Nggak lupa di puncak
3 ini kami selebrasikan pencapaian kami dengan foto-foto lagi. Nah yang lain
asik foto-foto saya malah mulai cemas dengan arah yang akan diambil dari puncak
3 ini. Dalam bayangan saya jalur yang menuju danau ciharus ini tertutup dengan
hutan yang lebat sehingga harus navigasi tertutup.. yah tertutup sambil nutup mata
maksudnya hha.
Dari puncak 3 ini
kami melanjutkan mengikuti jalan setapak ke arah timur. Suatu tempat pada jalur
ini kami menemukan plank “Ciharus” yah udah bener deh ini jalurnya
20 menitan dari jalur
ini kami menemukan penanda puncak lainnya dan ternyata puncak tertinggi dari
gunung rakutak ada di spot ini. Ditandai
dengan plank “top Rakutak 1971 mdpl” dan dibawahnya ada sedikit penanda jejak
“fakultas peternakan unpad” nah loh berarti mereka ternak di puncak rakutak ya.
Hha
Dari tempat tersebut
jalur masih sama, tidak ada persimpangan jalan lagi hingga kami berada di batas
puncak ini. Ternyata di sini ada hadiah pemandangan lanskap lagi,, Ciharus oh
Ciharus..
Ciharus oh Ciharus |
Nah dari tempat ini
juga traknya mulai dengan turunan sadis, dengan kemiringan hampir 80
membuat kami harus “kukurusukan” deui
ngelewatinnya. Jalur ini bisa dikatakan masih “virgin” kaya film aja.. Hampir
di setiap jalurnya masih di tutupi oleh semak-semak belukar dan untung saja
Tian bawa si tajam Tramontina yang masih ada “barcodenya”, langsung buka jalurr.
Jalur yang mengerikan
ini sampai memakan korban, korbannya adalah Raincover
deuter yang sobek sepanjang 5cm.. oh nooo!!! Hha
Sebelum |
Sesudah |
Walaupun nilai jual raincover sudah berkurang tetap fokus
terusin perjalanan, eh tapi masih kepikiran deh.. hampir 4 jam kami
“kukurusukan” dari puncak utama rakutak hingga Danau Ciharus, jalurnya memang
samar-samar tapi masih bisa dilacak secara kasat mata. Tak lupa juga beberapa
kali berorientasi kembali supaya tak terlalu melenceng jauh dari punggungan
gunung rakutak. Jalur menuju Danau Ciharus ini terlihat jelas ketika menemukan
jalur air. Memang dari jalur tersebut sering digunakan warga sebagai akses ke
Ciharus. Jadi bisa disimpulakan jalur menuju ciharus ini ada 2 pertama lewat
puncak ciharus yang memang jalurnya memutar dan jalur kedua dari desa daerah
majalengka yang jalurnya lebih dekat.
Jalur Cai |
Pukul 5 sore akhirnya
kami mencapai di Danau Ciharus dengan selamat, dan suasana di Danau tersebut
sangat ramai, dari anak SD, SMP dan SMA bahkan banyak pemuda/i juga yang sudah
pasang tenda di pinggiran danau ini. Sepeda motor yang sudah dimodif jadi trail
ataupun masih orisinil menjadi transport yang sering digunakan menuju danau.
Tapi yang paling penting setelah perjalanan panjang adalah “Makanan” dimana
gorengannya??
Ngantosan Gorengan |
Pagi mulai menjadi
siang, Siang menjadi Sore dan Sore menjadi malam.. Sore sudah mencapai akhir
waktunya dan malam perlahan mulai menyambut danau ciharus. tanah lembab di
pinggiran danau kami pilih sebagai tempat camp.
Dimalam berkabut itu kami duduk di tengah hangatnya perapian
kompor portable. Sedikit teringat
dengan suasana ini setahun yang lalu, ditengah dinginnya tegal panjang tempat
yang banyak menyimpan cerita. Dan danau Ciharus menjadi tempat lainnya dimana
cerita terus berlanjut, dimana kami menceritakan apa yang sudah dialami.
Sabtu 3 Agustus 2014
Hari yang berkabut
masih menyambut kami, tak ada bintang bertebaran yang bisa didokumentasikan.
Yes i’m really miss that moment. Pagi ini kami berencana untuk melanjutkan
perjalanan menuju kamojang.
Full Team |
Setelah packing
peralatan dan tentunya sarapan kami melanjutkan perjalanan, perjalanan menuju
kamojang ini melewati jalur track motor
cross sehingga harus awas dengan suara motor. Bayangkan saja jalur ini
hanya bisa dilewati satu orang dan ketika ada motor yang lewat kami harus
menyingkir dulu dari jalur.. oh noo!!
Kami meninggalkan
Danau ciharus pada pukul 10 pagi dan selama hampir 3 jam kami menyusuri jalur
track motor tersebut. Akhir dari jalur ini ditandai dengan jalur pipa PLTU
Kamojang yang panjang. Memang jalur tersebut biasa dijadikan jalur motor cros, dimulai dari daerah paseh
kamojang dan katanya keluar di daerah Samarang Garut.
Akhirnya kami
menemukan peradaban juga.. walaupun ditandai dengan pipa-pipa gas panjang yang berdiameter hampir
1 m .. waw dan yang paling terpenting adalah hal tersebut ada di Indonesia.
Tanah ini memang banyak memendam “harta Karun” entah selain ini Harta karun apa
lagi yang bisa ditemukan.
Setelah menelusuri
jalur pipa tersebut kami sampai di jalan besar dan akhirnya bisa menemukan
angkutan juga. Jalan tersebut adalah jalan alternative Garut – Bandung yang
melewati Paseh atau Majalengka. Karena masih di liburan lebaran suasana jalan
ini masih ramai dengan pengunjung yang akan menjelajahi kawah kamojangnya.
Tapi bagi kami
penjelajahan ini sudah mencapai akhirnya.
yah saatnya perpisahan dan “i hate this moment, because a part of my
memories was stolen by you” .
Thanks God i have a chance to more know
indonesia ^_^
Catatan perjalanan
Bandung – ITC =
angkot jurusan ITC (lupa jurusannya)
ITC – Term.- Ciparay = Elf Majalaya
Term. Ciparay – Desa
Sukarame = Angkot Kuning (pastikan ke Rakutak)
Kamojang – Term
kamojang = Angkutan umum coltbak
Term kamojang – Term.
Samarang = Angkutan umum coltbak
Another Lanskap Pic