Pulau tidung, siapa yang tidak mengenal pulau
yang satu ini. Salah satu pulau yang berada di utara Jakarta, satu diantara
ratusan pulau eksotis yang ada di kepulauan seribu. Memang eksotis, pulau ini
terdiri dari 2 pulau, pulau Tidung kecil dan Pulau tidung besar dan kenapa
eksotis?? Kedua pulau tersebut dihubungkan dengan sebuah jembatan yang diberi
nama “Jembatan Cinta”.
Pulau tidung besar digunakan sebagai tempat
pemukiman bagi warga sekitar, yah alasannya memang simple karena pulau ini luasnya lebih besar dari pada
saudaranya haha. Selain itu dermaga yang menjadi parkiran perahu-perahu nelayan
ataupun perahu pariwisata bersandar di pulau tidung besar. Satu hal yang yang
unik di pulau ini yaitu jalanan yang ada disini semuanya di lapisi dengan paving block, mirip dengan desa-desa yang berada di dataran
tanah jawa. Hal yang paling absolute
adalah disini tak ada yang namanya mobil, yah bayangkan saja gimana ngangkut
mobil dari pulau jawa kesini.. nggak mungkin pakai perahu nalayan juga kan
haha. Hal absolute lainnya
adalah sepeda dan motor menjadi alat
transportasi utama. Saking utamanya dan kebanyakan, turis yang berkunjung ke
sini akan melihat sepeda yang tergeletak begitu saja di pinggiran jalan paving block seperti tak ada yang menjadi
pemilik tuh sepeda.
Terus mengikuti jalan setapak paving block ini
akhirnya gua berada di tempat paling super eksotis… “Jembatan Cinta” Jembatan yang menghubungkan antara pulau
tidung besar dan pulau tidung kecil, bayangin aja jembatan yang lebarnya bisa 2
meter ini dibangun di atas air laut dan dari sini juga gua bisa liat laut yang
bener-bener laut. Dan ditengah-tengah jembatan tersebut ada tempat buat
santai-santai, merenung atau mungkin bisa buat mancing juga. “Jembatan Cinta”
pulau tidung emang eksotis dan satu-satunya disini… yah emang cuman ada satu
kali haha.
Next diujung jembatan cinta ini gua akhirnya
menemukan hal yang selama di pulau tidung gua cari, “kopi”. Kopi tersebut dibuat oleh mbak-mbak yang udah menjadi warga
tetap pulau tidung kecil di sebuah warung kayu nan rindang dikelilingi pasir
putih sebagai halamannya dan segelas kopi Good Day Cappucino dibandrol dengan
harga Rp 5000…… yah wajarlah di tempat wisata kaya gini masa kepengen yang
murah juga. Di warung ini juga tersedia Mie instan, Nasi Goreng dan hal-hal
lainnya yang bisa dimakan, sekalian promo!!
Ikutin jalan setapak Paving block yang ada di pualu tidung kecil ini akhirnya gua sampai
di sebuah tempat kaya kebun lagi. Baru tau juga kalo di pulau kecil kaya tidung
ini yang tanahnya nggak subur-subur banget bisa digunain buat berkebun juga,
nggak nanggung disini mereka menanam tanaman buah kaya Pisang, stroberi, buah
naga juga ada. Emang kalo liriknya kolam susu koes plus “orang bilang tanah kita tanah surge, tongkat kayu dan batu jadi
tanaman” bener-bener keren tanah
Indonesia tuh, love it :D
Selanjutnya tujuan gua ke pulau tidung kecil
tuh buat nyari tempat camp semalam, yah kepengen nikmatin pulau Tidung dari
sudut pandang yang lain dan akhirnya gua menemukan “the Lost Land” nya pulau tidung. Bener-bener Lost banget karena gua pilih tempat camp di paling ujungnya pulau
tidung.. ini dia penampakan google
earthnya.
Bener-bener paling ujung dan asal tau aja di “lost land” ini gua bisa lihat perbedaan
pulau tidung kecil dan pulau tidung besar antara yang ditelantarkan dan yang
diurus. Yap pertama datang di sini agak ngiris juga karena pantainya tuh nggak
bersih-bersih banget. Kaya foto dibawah.. but stay enjoy the trip lah.
jualan ahaha |
Dan ini dia rumah sementara gua, Consina Summertime buat
3 orang. Tempat camp ini nggak ada yang bisa ngalahin deh, dari sini bisa liat
sunrise walaupun nggak bagus-bagus banget juga.
Semalaman gua tidur disitu ditemenin sama seorang temen. Hal yang nggak pernah
dilupain itu semalaman di tempat ini gua bisa liat penduduk lokal yang mencari
lobster atau ikan-ikanan yang bisa didapet, mereka jalan dari ujung pulau
tidung besar sampe ke pulau tidung kecil buat nyari ikan tadi. Yang paling
ekstreem tuh mereka nggak nyari di pinggir pantai kaya yang mau mancing gitu
tapi mereka jalan sekitar 150 -200 m dari bibir pantai, bayangin aja kalo ada
ombak gede bisa ketarik ombak..
I think they ware a
hero, a thought hero for their family and I think they ware never unreplaceble.
^_^
Malam
berganti pagi kami berkemas untuk kembali ke Jakarta, kota dengan heterogen
budaya, suku dan lain-lain. Pulau TIdung ini juga menunjukan kejutan lain lagi
bagi gua, jalan pinggir pantai yang tadinya kering sekarang malah kena pasang..
yah jadi basah-basahan deh :(
Menelusuri
jalanan pinggir pantai yang tertutup dengan air pasang, melewati perkebunan ekstreem
kecil milik warga tak lama kami sampai di warung kayu nan sederhana untuk
menikmati secangkir kopi lagi. Dilanjutkan dengan melewati Jembatan Cinta yang
super eksotis di ujung jembatan tersebut jalan paving block menyapa kami.
Menelusuri jalan tersebut dan sepeda yang tergeletak kemarin ternyata masih
tergeletak disana juga.. apa sekalian di bawa juga ya haha. Akhirnya di ujung
jalan paving block tersebut jajaran perahu nelayan sudah menanti. Yah it’s time
to go Home boys.
Satu pelajaran yang gue dapet di tempat ini.
Nggak semua yang
dilihat itu indah menawan, ngegemesin dan kata sifat yang lain lah, yah memang
seperti itu di satu sisi tapi ketika dilihat di sisi lain akan tampak ke
kekurangannya. Untuk melihat di sisi lain itu perlu keberanian, perlu pemikiran
yang berbeda juga.
Ini perjalanan yang udah gua lakuin 9 maret
2014 ke pulau Tidung barengan temen gua, nggak ada persiapan buat kesini
semuanya bersifat spontanitas. Kalau Tenda, Alat masak dan lainnya memang sudah
menjadi list item yang harus ada di kos kosan. Satu hal yang pasti nggak selalu
harus mikir pas lagi travelling, anggap
aja kita gelas kosong yang siap untuk menampung pengalaman travellingnya, Thanks
^_^