Kesempatan
kadang tak datang untuk kedua kali, jika hal itu datang maknai dan berusaha
semaksimalnya
Sunrise
pertama tahun 2014 yang saya nikmati di tempat bernama ketinggian
Background
Sindoro
dan Sumbing sudah menjadi list
perjalanan pendakian sejak tahun 2013 lalu. Kedua gunung yang terletak di provinsi
jawa tengah ini menjadi pelengkap triple
S saya. Sebutan triple S merupakan hal yang familiar bagi para pendaki, yakni Slamet (3428 Mdpl) Sumbing (3371
Mdpl) Sindoro (3150 mdpl). Jika distilahkan seperti sayur tanpa garam jika
hanya salah satu atau hanya 2 saja yang dapat didaki.
18-04-2014
menjadi waktu pembuktian jika sebuah konsep/ide/mimpi/tujuan atau apapun sebutannya
bisa di realisasikan dan dapat meniggalkan jejak ditanah yang fana ini.
Walaupun tinggal tertinggal satu puncak lagi karena mungkin Dia belum
memampukan kami. Ya satu puncak lagi, biarlah hal itu membeku lagi menjadi
sebuah konsep yang menunggu untuk diwujudkan. Terkadang “tempat itu setia menunggu kedatangan kita, tetap diam dan membisu
dengan keagungannya”.
Planning
Tallus 45 |
Onggokan
barang-barang yang dikemas dengan rapi dan dimasukan secara tersusun kedalam
tas kapasitas 55 liter ini sudah berada di anjungan, menunggu sang kapten untuk
mengnahkodainya.
Berawal
dari kegagalan-kegagalan pendakian dengan berbagai sebab mulai dari perancanaan
bahkan saat pelaksanaannya, menjadikan saya untuk lebih berhati-hati dalam
merencanakan pendakian. Jika sedikit direview
setiap keputusan yang diambil dalam proses pendakian mejadi hal yang
menentukan, semakin cermat memutuskan semakin dekat dengan keberhasilan
pendakian.
Pelaku
pendakian sumbing dan sindoro kali ini yaitu:
-
Deni Gumilar (me)
-
Yuki
-
Ari wibowo
-
Tian
Team mate yang baru dibentuk,
dengan pembagian subtim awal keberangkatan yang berbeda.
1. Subtim
Jakarta : me & Yuki
2. Subtim
Bekasi : Ari & Tian
Ibarat
ada 2 buah apel warna hijau dan warna merah, pilih yang mana dulu untuk
dimakan. Hingga akhirnya memutuskan untuk menggapai puncak sindoro dahulu baru
lanjut ke puncak sumbing.
Rencanan
pendakian ini secra singkat seperti ini:
Kamis
(17-04-2014) = Start
perjalanan dari kota masing2
Jumat
(18-04-2014) = Tiba di term. Wonosobo – BC Sindoro – PuncakSIndoro – BC
sindoro
Sabtu
(19-04-2014) = BC Sumbing – Watu Kotak
Minggu (20-04-2014) =
Puncak Sumbing – BC Sumbing – Term. Wonosobo – perjalanan pulang
Plane
has been made so get’s your carier takes your first step and respect the proces
Journey
Day 0 (17-04-2014)
Jam
menunjukan pukul 16.00 dan terus berdetak pekerjaan yang masih menumpuk ini
membuat konsentrasi menjadi terbagi, ditambah dengan kegiatan pendakian ini
membuat saya ingin segera mengakhiri hari ini…
Finally time to get lost,,
waktu sudah menunjukan pukul 17.00 saatnya tancap gas menuju terminal
kalideres. Saya dan Yuki yang merupakan subtim dari Jakarta berangkat melalui
terminal kalideres dengan menggunakan bis malam. Setelah berjibaku dengan
jalanan Daan Mogot akhirnya kami sampai juga di shelter busway Rawa buaya, terasa lega buat saya sendiri ketika
jalur busway menuju terminal kalideres kosong berbanding terbalik dengan arah menuju
harmoni yang antreannya tuh cukup panjang.
15
menit berlalu akhirnya sampai di terminal kalideres ini, setibanya disini
langsung lunasin DP tiket bis malam. Memang untuk hari weekend-weekend panjang
perlu memesan tiket lebih awal, untuk menghindari tiket yang habis di hari H
nya. Taklama bis ini datang langsung charter
tempat deh dan hal perlu diingat adalah penunjang kehidupan selama hidup di
bis ini “cemilan”.
Malam
kian larut dengan dentingan gitar dari pengamen ini menjadi pengawal kami
meninggalkan kota ini secara perlahan. Tak hanya kami mungkin ribuan orang yang
hidup di kota ini melakukan hal yang sama, keluar sejenak hanya untuk sekedar
melihat dunia, menengok keluar jendela dan menyaksikan bahwa negeri ini memang
luas 5 juta km2 , luas negeri ini. Tersadar sampai dimana kah saya mengenal
negeri ini??.. Jalanan protocol di kota ini mendadak menjadi aliran kendaraan
bermotor yang penuh di tiap meternya, papan penunjuk jalanpun hanya menuliskan
pluit-grogol 10 – 20 km/jam. Kami yang hanya duduk di kursi menjadi saksi sinar
lampu kota yang mulai ditinggalkan.
Tak
terasa bis ini memasuki tol Cikarang, waktu menunjukan pukul 12.00 malam.
Dinginnya AC bis ini membuat tubuh saya lama kelamaan menjadi kaku, balutan
jaket polar setidaknya mengurangi rasa dingin ini. Ya saya keluar dari kota
ini, menuju zona tidak nyaman. Tak lama mata ini mulai menunjukan akhir dari
efektifitasnya, terlelap dengan mendengarkan mp3 dengan lagu terakhir yang saya dengar “selamanya Indonesia dari
twentyfirst night.”
Day 1 (18-04-2014)
Tak
sadar mata ini mulai membuka sedikit menyaksikan sinar pagi yang sedikit demi
sedikit mulai menunjukan merahnya. Sedikit demi sedikit adalah kata yang pas
untuk laju kendaraan pagi itu, laju kendaraan yang ada di bahu kanan ataupun
bahu kiri jalan. Waktu menunjukan pukul
4 pagi dan posisi kami masih berada di Subang.
Shitt!! Hal ini menjadi sedikit tanda-tanda mulai menurunnya efektivitas
dari waktu pendakian. Ya Subang dan tempat ini masih sangat jauh dari tujuan
kami Wonosobo.
Untuk
beberapa waktu terakhir ini beberapa titik yang berada di jalur pantura
mengalami perbaikan jalan, tak heran jika kami mengalami keterlambatan yang
sangat panjang akibat hal ini, tak hanya kami tim bekasi yang memang lebih
dekat jaraknyapun mengalami hal yang sama.
Demi
sedikit beberapa ruas jalan yang sedang diperbaiki bias dilewati, saking
sedikit demi sedikitnya kami baru tiba di daerah Indramayu pukul 11.00. tak
hayal jika hati ini mulai emosi dengan keadaan yang ada, emosi yang kian
bertambah tiap kali menyaksikan waktu pada lengan kanan saya. Di sebuah tempat
makan yang ada di Indramayu ini, bis yang kami tumpangi berhenti sejenak
demikian hati ini juga berhenti sejenak memikirkan kemungkinan – kemungkinan
yang bias saja terjadi.
“mungkin
hanya single summit saja yang bias dilakukan, jika bisa double summit merupakan
hal yang sulit untuk dilakukan. “ Pikir kami saat sedang berdiskusi dan
ditemani soto ayam indramayu….
Perjalanan
dilanjutkan lagi, kali ini saya lebih banyak memejamkan mata dibanding dengan
memperhatikan kondisi jalan dan pemandangan yang terlihat dari luar jendela.
Hanya beberapa saat mata ini menyaksikan pantai dari ujung jalan pantura ini.
Yah hati ini mulai tenang.
Finally
setelah 25 jam berada didalam bis dengan kondisi yang sudah tidak nyaman lagi,
kami sampai di WONOSOBO!! .. Alhamdulillah masih diberi kesempatan menginjakan
kaki di tempat ini lagi.
Sambil
menunggu subtim dari bekasi ini kami
menghabiskan waktu berwarkop ria dengan penjaga terminal ini. Yah memang waktu
kedatangan kami adalah jam 21.00 dan untuk transportasi menuju basecamp garung memang sudah tidak ada,
kalo diistilahkan kapal ini mulai kehilangan arah kapten!!.
Setelah
menunggu agak lama akhirnya mereka datang juga.. WELCOME TO WONOSOBO GUYS!!
Dengan
waktu yang sudah menunjukan pukul 11 malam kami berempat memutuskan untuk
mencarter Taksi menuju basecamp Garung.. TAKSI yang sudah tidak asing lagi bagi
saya. Dulu saya bermain tebak2 argo taksi ini dengan teammate perjalanan
sebelumnya, tapi kali ini pasang harga pas saja lah RP 60.000 menuju depan
halaman basecamp sumbing.
Day 2 (19-04-2014)
Pukul
11.00 nama kami resmi sebagai pendaki
gunung Sumbing dan ditambah dengan peta Dora sebagai panduan kami mendaki. Sejenak
kami melentangkan tubuh ini sambil memikirkan beberapa scenario pendakian dalam
waktu yang sempit ini. Akhirnya kami putuskan untuk mendaki mala mini juga,
kami pasang target jam 12 malam sebagai start waktunya. Setelah packing ulang,
masak mie dadakan dan berdoa kami memulai pendakian ini.
Tepat
pukul 12.00 malam kami mulai melangkah meninggalkan basecamp, langkah yang
diiringi dengan susunan batu kerikil yang ditata rapi di sepanjang desa garung
ini. Tak lama kami berada di ujung dari pertigaan dusun. Mengambil jalur ke
kanan sesuai dengan jalur dari peta, dan dihadapan kami sudah Nampak tanjakan
khas dari pendakian. Sudah lama kaki ini tidak merasakan sensasi tersebut. tak
lama berjalan nafas manusia berumur 21 tahun ini mulai tergeos-geos, berbeda
dengan yuki, ari dan tian yang sudah berjalan didepan. Sejenak beristirahat dan
ketika melihat pemandangan di belakang jalan “subhanallah,, “yap until now that is something that give
me a spirit”
Pendakian
berlanjut dengan melewati beberapa kebun penduduk di sisi kiri dan kanan jalur
pendakian. Tak lama kami memasuki jalur pendakian yang lebar, jalur ini bisa
dimasuki jalur mobil juga. Diujung jalan ini tepatnya 3 km dari base camp
merupakan pos 1 dari jalur pendakian via garung
Setelah
melewati pos 1 ini jalur didominasi dengan jalan setapak tanah dengan tanjakan
yang lumayan landai, agak mulai bosan juga dengan kondisi yang ada di sekitar
jalur ini, terasa sama saja. Jenis track ini terus mendominasi hingga kami
sampai di pos 2. Sejenak merebahkan diri sambil melihat pemandangan bulan
purnama. Melihat jam di pergelangan tangan kanan ini menunjukan jam 3 pagi.
Purnama Pos pendakian |
Kami
melanjutkan perjalanan menuju pos 3 dan pos 4. Tak sadar saat perjalanan menuju
pos 4 kami tertidur sekitar 25 menit.. bisa dimaklumi dengan kondisi kami yang
pastinya otot kaku karena berada di bis selama 25 jam.
Perjalanan
menuju poa Pestan memang didominasi
dengan tanjakan-tanjakan yang tidak ada bonusnya. Sampai akhirnya kami sampai
di pestan, disaat yang tepat dengan terbitnya sang fajar dari arah timur…
begitu melegakan melihat matahari pagi ini.
Sesampainya
di pestan kami memutuskan untuk beristirahat sejenak dan mengisi tenaga
kembali.
HMTM |
HMTP |
Puncak PHP atau pendaki PHP?
Dari
4 orang anggota tim ini, Tian tidak ikut menuju puncak Sumbing. Dengan kondisi
fisik yang sudah kecapean dia memutuskan beristirahat di Pestan sambil ditemani
dengan logistik-logistik berjuta rasa.
Saya,
Ari dan Yuki melanjutkan perjalanan menuju puncak. Karena kami baru pertama
kali ke sumbing Ari coba bertanya ke pendaki yang baru turun dari puncak
mengenai waktu yang dibutuhkan menuju puncak.
Ari
: mas kalo ke puncak sumbing berapa lama?
NN :
wah kami hampir 4 jam sampai di puncaknya
Hmm
terdiam kami bertiga mendengar hal tersebut, tapi tetap hajar saja
tanjakan-tanjakan yang ada di depan..
Sekitar
satu jam kami akhirnya sampai di pasar watu. Di tempat in juga kami bertanya ke
pendaki yang baru turun dari puncak. Katanya waktu menuju puncak sekitar 2 jam…
nah loh.. optimis saja lah.
nah loh.. optimis saja lah.
Sindoro dari Pestan |
Dari
pasar watu menuju watu kotak trak pendakian didominasi dengan tanjakan berbatu,
yah cukup berbahaya juga kondisi trak seperti ini. Bahkan untuk beberapa tempat
ada yang mengharuskan kami bertiga merangkak naik untuk menyeimbangkan tubuh
karena kondisi jalurnya memang licin dan kemiringan yang terjal.
Setelah
hampir 1 jam kami berjalan akhirnya kami sampai di watu kotak. Sebuah shelter kecil yang bisa memuat 2 tenda
ukuran 4 orang. Di tempat itu kami beristirahat sejenak, perjalanan masih
panjang menuju puncak.
Setelah
melewati watu kotak checkpoint selanjutnya
adalah tanah putih, trek menuju tanah putih pun nggak ada yang namanya bonus,
kadang kami menemui pendaki yang tertidur dibawah pohon yang rindang. Sedikit
mental kami mulai terpengaruh dengan hal tersebut, ingin rasanya turun dan
kembali berdiam diri di tenda sambil memasak air panas yang kemudian disebuh
dalam gelas berisi kopi hitam.. hmm bayangan yang sangat nikmat. Tapi jika jika
kami kembali kami tak mendapatkan apa2, hanya sebuah pengalaman menerjang
tanjakan curam yang ada di gunung sumbing. Sejenak teringat dengan kisah 25 jam
kami berada didalam tempat kotak berjalan dan tak sadar hal itulah yang
membangkitkan langkah kami.
Hal yang
tak disangka terjadi, diperjalanan kami berpapasan dengan mahasiswa polman
jurusan AE yang memakai jaket kebanggaannya. Haha yah dunia ini memang tak
selebar jalan kanayakan ya…
Kami
bertiga terdiam menatapi botol air minum berkapasitas 120 ml yang hanya bersisa
beberapa teguk air. Terdiam duduk di jalur pendakian menuju puncak dengan kabut
yang membuat jarak pandang kami berkurang. Dimanakah kau puncak?? Hati ini
mulai bertanya-tanya, sampai teriakan “puncak” dari pendaki lain secara tak
langsung menjawab pertanyaannya. Yah kami melanjutkan perjalanan dengan
bebatuan yang mendominasi jalur menuju puncak.. sampai akhirnya pukul 11 siang
kami resmi berada di puncak gunung sumbing. Bertiga berdiri di tempat itu, ada
rasa haru yang menyertai kami setibanya di puncak ini. Rasa haru yang sama yang pernah saya rasakan di puncak
3676 mdpl. “Alhamdulillah akhirnya kami sampai di puncak”
Tradisi
wajib yang biasa dilakukan di puncak dengan cepat diselesaikan, kami mulai
bergerak turun menuju pestan sekitar pukul 12.30 siang. Memang jalur turun
lebih berbahaya dari pada jalur naik. Sempat kami jongkok-jongkok untuk
melewati bagian-bagian terjal. Beberapa saat juga kami beristirahat dan
tertidur lagi di tengah perjalanan. Sampai akhirnya kami sampai di pestan dan
bertemu dengan tian, dengan kondisi cuaca yang tidak menentu di sumbing kami
memtuskan untuk langsung turun ke basecamp.
Tertidur!! haha |
Logistik
perbekalan yang tersisa kami habiskan di shelter siduplak rohto, hampir tak
kuat lagi perut ini menampung makanan yang dimasak. Lebih-lebih dari menu
warteg pinggir jalan. Kami melanjutkan perjalanan menuju basecamp garung sekitar pukur 17.00 jika sedikit di review kita naik gunung malam dan pulang
pun malam. Jalur lama kembali kami pilih untuk mencapai pos garung. Dengan
kondisi tubuh yang hampor drop ini beberapa kali kami harus beristirahat
sejenak dalam perjalanan dan yang paling parah adalah tertidur hampir 30 menit
saat berada di jalur perkebunan penduduk haha.. sekitar pukul 20.30 kami sampai
dengan selamat di Basecamp garung..
Alhamdulillah!! :D
Day 3 (20-04-2014)
Really a Backpacker!!
Pukul
5 pagi kami bangun dan mulai packing
pulang menuju kota asal. Sesuai rencana kami kembali ke kota asal dengan
melewati jalur selatan. Hal itu kami ambil dengan pertimbangan jalur pantura
yang masih dalam perbaikan. Pukul 7 pagi kami meninggalkan Base camp sumbing,
base camp yang banyak ceritanya. Tempat kami memulai cerita baru atau bahkan
bertemu dengan orang-orang baru.
Full team ++ |
Pukul
8 pagi kami sampai di terminal Wonosobo, dari terminal ini melanjutkan
perjalanan menuju terminal purwokwerto. Dari terminal wonosobo menuju terminal
Purwokerto ini bisa menggunakan mini bus dengan waktu tempuh sekitar 3 jam.
Secara perlahan perjalanan kami berubah dari pendakian menjadi travelling,
dengan mengunjungi setiap kota yang ada di jalur selatan jawa ini.
Kami
tiba di terminal purwokerto sekitar pukul 11 pagi, karena penasaran dengan
tiket kereta akhirnya mencoba ke stasiun purwokerto dan hasilnya hanya ada satu
tempat duduk dengan kelas bisnis..yah balik lagi ke terminal Purwokerto. Dari
terminal purwokerto kami lanjutkan dengan bis jurusan Purwokerto – Bandung. Pengalaman memang guru yang terbaik bagi saya
ini ketiga kalinya saya berada di terminal ini. Terminal dengan banyaknya calo
yang menawarkan jasanya.. keep calm dan tetap tegas !!
Akhirnya
kami meneruskan perjalanan dengan menggunakan bis jurusan Purwokerto menuju Bandung.
Bis yang kami naiki memang termasuk bis kelas ekonomi dan akibatnya kami
melewati semua kota yang berada di jalur selatan. Mulai dari Purwokwerto –
Kutuarjo – Kebumen – Wangon – Majenang – Banjar – Ciamis – Tasikmalaya… wow..
setengah pulau jawa ini kami lewati, kota demi kota kami singgahi. Yah ini
pengalaman pertama bagi saya menempuh perjalanan seperti ini.
“yes I’m really a backpacker!!”
Akhirnya
sampai di kota Tasikmalaya sekitar pukul 18.00, kota dimana pertama kali
anggota dari kelas saya melangsungkan pernikahannya, jadi bernostalgia
ceritanya, dari kota tasikmalaya ini kami meneruskan perjalanan menuju Jakarta dan
bekasi menggunakan bis Primajasa.
Tubuh
ini sudah lelah menempuh perjalanan yang jauh dengan tujuan puncak gunung
sumbing, puncak yang hanya kami nikmati selama kurang lebih 30 menit. Tapi
apakah hal ini sebanding?? Yah sebanding dengan proses yang kami lihat, dengar
dan rasakan. Hingga akhirnya kursi bis
berwarna merah ini menjadi tempat peristirahatan sementara bagi kami menuju ibu
kota.
Mata
ini mulai terlelap, sebagai mekanisme mengembalikan stamina tubuh. Yah sekali
lagi ini memang perjalanan yang jauh, ingin rasanya bisa mengulangi lagi hal
ini dengan seseorang yang bisa bermakna lebih…
Terimakasih untuk kesempatannya.
Terimakasih untuk para pendaki sumbing 20/04/2014
Terimakasih ,,,
“20 tahun lg dari sekarang Anda akan lbh sering menyesali hal yg tidak Anda lakukan daripada apa yg Anda telah lakukan”
Note Perjalanan
Jakarta
– Wonosobo = Rp
110.000
Wonosobo
– Garung (taksi) = Rp 60.000
Garung
– terminal (bis) = Rp 15.000
Wonosobo
– Purwokerto = Rp 20.000
Purwokerto
– Tasik = Rp
40.000
Tasik
– Jakarta =
Rp 42.000
Total
transport =
Rp 287.000
Day
1
Jakarta
– wonosobo = 19.00 – 20.00 (25 jam perjalanan)
Wonosobo
– Garung = 30 menit (tasik)
Day
2
Pendakian
sumbing = sekitar 20 jam pendakian
Day
3
Wonosobo
– Jakarta = 18 jam – 24 jam