“Jika hanya puncak saja yang ditargetkan, percayalah hal itu akan
didapatkan dengan mudah dan Jika kau
membawa orang lain menuju puncak, Maka hal tersebut akan lebih bermakna” –
Cikuray 29 Nov 2014 –
Intro
Naik Cikuray yuk!!, sebuah ajakan
simple dari seorang kawan dan sudah hampir setahun lebih saya tak menyapanya
entah bagaimana rupa puncak itu sekarang. Pendakian cikuray ini rencananya di eksekusi
tanggal 29 november 2014 dengan anggota pendakian yang belum jelas juga. Bisa
di maklum karena nama tim ini adalah “Kaget team” semuanya serba unpredictable jadi harus dipastikan juga
anggotanya tidak mengidap penyakit stoke atau lemah jantung .
Meet Point
Saya dan beberapa anggota
pendakian dari kota cikarang bekasi dan sekitarnya menentukan meet point
pertama di terminal Guntur. Ada 4 orang orang dari rombongan ini, Ari WIbowo si ganteng narsis, Hafid,
Faiha dan Fikri si Anak pantai katanya dan Reza aka Blade. Tak lama saya datang
di terminal Guntur ternyata mereka sudah siap sedia di warteg terminal sambil menunggu.
Finally i meet them.
Perjalanan dilanjutkan menuju meet point kedua, Rumah Tian. Letaknya
memang cukup jauh dari pusat kota, tepatnya di bayombong sekitar 30 menit
perjalanan bermotor. Setibanya di rumah Tian ternyata sudah ada Kang Hendra,
Fathya, Ari, Tian, Hari dan temannya, Intan, dan Nova. They are ready for Hike !!
Base Camp Bayombong yang ada di desa Pamalayan kami tempuh dengan
menggunakan angkot charteran. Dengan jalur mobil yang sempit dan menanjak saya
kasih jempol untuk sopirnya.
Wild Area
Sebuah tempat bernama Base camp
menjadi awal mula kami melangkahkan kami. Dengan menuliskan nama kami di buku
pendaki dan Fikri sebagai ketuanya, sejak itu kami resmi menjadi pendaki
Cikuray.
ladang track |
Sekitar pukul 14.30 lebih kami
berjalan menjauh meninggalkan basecamp, track
ladang petani sudah menjadi hal klasik yang harus kami lalui. Track ladang petani ini tracknya diawali
dengan jalur setapak kecil yang sudah dilapisi dengan semen, tapi jangan
terlalu berharap lebih 30 menit dari titik awal tersebut jalanan menjadi tanah
merah yang licin. Apalagi ketika kami mulai menjejakan kaki di tanah merah
hujan mulai turun.
Pray |
Diantara anggota pendaki di
kelompok ini ternyata ada juga yang beginer.
Terlihat dari nafas mereka ketika berjalan yang mulai tergesa-gesa. Kalau
dibaratkan langkah kaki dalam mendaki itu seperti pelajaran awal gambar teknik,
saat itu harus buat garis – garis lurus sepanjang lebarnya kertas A4 dari atas
hingga bawah. Garis – garis yang dibuat itu mendeskripsikan kestabilan tangan
ketika menggoreskan abu pensil pada kertas. Semakin banyak garis yang dibuat
semakin cepat setiap orang mendapatkan
kestabilannya dan tentunya kestabilan tiap orang berbeda2. Nah kalau
dianalogikan langkah kaki mendaki, nafas tergesa-gesa tersebut menandakan usaha
untuk mencari ritmenya/kestabilannya, sekali sudah dapat ritmenya semakin
banyak dia berkreasi dengan ritmenya.
Hafid narsis |
Lebih 2 jam kami berjalana
menyusuri ladang petani ini dan sudah banyak energi yang dikeluarkan dan hampir
20 menit sekali kami beristirahat. Tak ayal ketika kami bertemu dengan seorang
anak petani yang melambaikan-lambaikan tangannya sambil bersorak “aya nu naek,
aya nu naek dst ... “ menjadi hal yang menggelikan sekaligus menjadi boost semangat lagi.
Tantangan terakhir dari ladang
petani ini ada di depan. Sebuah tanjakan dengan kemiringan hampir 60 sepanjang
kurang lebih 400 m dengan anak tangga terbuat dari tanah, tak lupa juga
pegangan tangan berbahan dari bambu yang menjadi safety line jalur tersebut. Oh..
it’s really a challenge, karena ini special
maka harus di hadapin dengan special
juga, salep Hotcream dioleskan di
sepanjang betis kaki hingga lutut. Setelah itu mulai melangkahkan kaki
selangkah demi selangkah menaiki anak tangga tersebut dan setelah sekitar 10
menit dengan tambahan doping madurasa
akhirnya bisa sampai diujungnya juga. Fiuhh langsung selondorin kaki.
Diibaratkan dalam software pro engineer setalah membuat
bentukan 3D awal selanjutnya membuat datum/reference
untuk membuat bentukan 3D lainnya, begitu seterusnya hingga bentuk 3D utuhnya
selesai. 30 menit dari tanjakan terakhir ladang petani tersebut tanah lapang
yang bisa menampung 2 tenda tersebut akhirnya menjadi datum/reference bagi saya dan kang Hendra. Ternyata:
Energy Requirement for Camp at Top Cikuray > Our starts Energy.
Bisa dimaklumi karena tenaga muda
yang mulai terkikis oleh waktu, sehingga kami putuskan untuk membuat camp dan
mengisi tenaga terlebih dahulu. Dengan kondisi tersebut kami merencanakan untuk
summit attack pada pagi harinya. Pada saat itu waktu sudah menunjukan pukul
6.30 malam dengan kondisi hujan yang cukup lebat.
Sisa anggota kelompok selain kami
berdua melanjutkan perjalanan, sesuai dengan rencana mereka berencana untuk
camp di pos bayangan. Berdua di tempat camp tersebut, kami memasak makanan dan
mendirikan tenda dan setelah itu mempersiapkan diri untuk beristirahat. Seperti
nyanyian nina bobo sayup-sayup suara
angin kencang di luar tenda, suara rintik hujan dan cerita hidup menjadi
pengantar menuju dunia mimpi.
Pukul 9 pagi kami melanjutkan
perjalanan menuju puncak cikuray, dengan tenaga yang sudah terisi penuh dan
tidur yang cukup. Kami yakin hari ini
Energy Requirement for Camp at Top Cikuray = Our starts Energy. Atau
juga malah over., haha
Jalur yang dilalui dari tempat camp
bisa dibilang mengesalkan dan menjengkelkan, sekelas dan menjengkelkan seperti
membuat gambar assy yang ideal tapi cleareance tiap partnya nggak kena-kena. Nggak salah jika dianalogikan seperti itu
karena sepanjang jalan, tanjakan yang ekstreem menjadi tantangan-tantangan
berat kami tapi tak seberat tantangan hidup deh haha.
Pukul 10:30 an saya dan kang
hendra akhirnya mencapai camp anggota lainnya, dengan situasi yang sedang
sarapan atau juga makan pagi atau mungkin makan siang, ya itukah. Karena kami
sudah menemukan ritme langkah kaki,
jadi berat juga untuk diam sejenak. Kami berdua ditambah dengan Fikri
melanjutkan perjalanan menuju puncak dan sisanya akan menyusul setelah selesai
makan. Penampakan jalur pendakian ke arah puncak setelah camp tersebut.. oh good i couldn’t describe that , ini orang ya yang buat jalurnya? It’s really awesome track.
Finally it’s top Cikuray.
Kang Hendra at top Cikuray |
Kami sampai di puncak sekitar jam
12 siang dan sekitar 30 menit menunggu
di puncak sambil minum kopi akhirnya sisa anggota pendakian yang lainnya datang
juga. Langsung selfie-gruofie juga dan
sayangnya kondisi cikuray saat itu bukan kondisi terbaiknya.
selfienya |
Groufienya |
My Medallion |
Hey last year i’m here,
standing and wearing a graduation dress as a symbolize that i have Amd behind
my name. Is that allready enough??
Hey i have passed a
horible moment along that year and i have allready learn.
Hey i know it’s my
year for RUN RUN and RUN
It just a quote for myself in that moment J
Sekitar pukul 1 lebih kami melanjutkan
perjalanan kami untuk pulang meninggalkan puncak Cikuray tersebut dan akhirnya
melewati jalur terjal yang membuatku berpikir apa jalur ini dibuat oleh
manusia? Terus berjalan turun melewati jalur-jalur ekstreem tersebut dan terkadang saya harus jongkok untuk menjaga
keseimbangan. Tak lama dari jalur ekstreem itu akhirnya kami sampai di camp,
terlihat mereka sedang membereskan tenda dan packing kedalam ransel mereka.
Dengan kesibukan tersebut saya dan kang Hendra akhirnya melanjutkan perjalanan
menuju camp kami dan sekali lagi melewati jalur yang menjengkelkan/mengesalkan
hingga sekitar satu jam akhirnya sampai di camp kami.
Sekitar satu jam kemudian tenda
sudah dipacking kedalam ransel 45
Liter begitu juga dengan barang-barang
yang lainnya, taklama menunggu Fathya akhirnya muncul pertama di camp kami.
Selang beberapa lama yang lainnya pun berdatangan. Seperti tak ingin
mengecewakan kami cikuray dengan bermurah hati menunjukan sunset yang
amazingnya. It’s awesome and i’m really miss my Nikon L
Sunset |
Sayup berwarna orange pada awan
mulai berganti dengan warna gelap, matahari yang menggelayun diatas Gunung
Papandayan mulai berganti dengan Bulan yang mulai muncul. Dan kami yang sekejap
terpesona dengan hal tersebut mulai melangkahkan kaki untuk pulang. Beranjak dari
tempat amazing tersebut.
Jam sudah menunjukan pukul 8
malam dan kami baru sampai di tempat dimana anak petani melambaikan tangannya. Beberapa
kali diantara kami mulai kehilangan keseimbangan, wajar karena angin yang
bergerak dari arah kiri kami sangat kencang. Disaat-saat terpaan angin tersebut,
Garut begitu terlihat mempesona dari tempat itu. Lampu kota yang terlihat
kontras sangat memanjakan mata, seolah mambuat saya untuk duduk lebih lama menikmatinya.
Tapi terpaan-terpaan angin tersebut memaksa kami untuk segera turun ke basecamp.
Pukul 9 malam lebih akhirnya kami
sampai di basecamp, tak lama kami
menunggu charteran mobil yang akan
membawa kami ke rumah Tian. Dari rumah Tian kami beristirahat sejenak dan
melanjutkan perjalanan pulang ke kota masing-masing.
Thank for trip from Kaget team, it’s really shocking, juga thanks
untuk ikan goreng buatan ibu Tian taklupa sambalnya juga haha. Ya terimakasih
untuk semuanya. Semoga kita bisa memetik hikmah dari setiap perjalanan.
- 210132013
- Vallis Stenophylla