Filosofi sebuah kaleng
Sebuah
kemasan yang terbuat dari lembaran baja, dibentuk, dicat dan diisi itulah
kaleng.
Kaleng dibuat dari lembaran baja yang memiliki ketebalan
yang bervariatif, materialnya adalah baja yang dibentuk dengan menggunkan
metode cold rolling sehingga kekuatannya sama dengan kekuatan baja ketebalan
> ketebalan hasil akhir.
Bagian luar dari lembaran baja ini diberi lapisan coating glow berwarna silver agar
menarik dan bagian dalamnya diberi coating
gold lacquer yang berfungsi sebagai lapisan pelindung makanan. Dengan gold
lacquer ini makanan akan terhindar dari sifat fe yaitu korosi.
Lembaran baja dipress sehingga menjadi 3 bakalan top, bottom dan body. Top merupakan bagian atas kaleng dan diusahakan agar tahan terhadap
tekanan internal kaleng dan tentunnya
tidak bocor. Bottom merupakan bagian
bawah kaleng yang dibuat dari ketebalan yang lebih besar dari body dan top. Body merupakan selimut
kaleng bentangan dari body ini sangat penting jika terlalu panjang atau pendek
jarak overlap yang terbentuk akan
mempengaruhi hasil welding.
Assembling adalah
proses penyatuan dari 3 bakalan tadi menjadi kaleng yang utuh. Pada tahap ini
kaleng dibentuk dengan beberapa bentukan radius agar tidak ada sisi tajam yang
membahayakan konsumen. Ketepatan dalam proses seaming menentukan kualitas dari kaleng tersebut.
Jika kita pahami lebih dalam ada sebuah makna dibalik
kaleng ini,
Diibaratkan kaleng adalah hasil akhir manusia. Semua
manusia diciptakan semuanya dari tanah, tanpa terkecuali. Setiap manusia tersebut
memiliki kelebihan dan kekurangan dari fisiknya, ada yang pendek, tinggi, gemuk
semuanya bervariatif. Tapi dari gambaran fisiknya kita dapat mengukur berapa
kekuatan tubuhnya.
Setiap manusia tadi oleh Allah SWT diberikan tampilan
yang menarik, apapun itu dalam artian yang sebenarnya. Tidak hanya tampilan
luarnya Dia menciptakan “perasaan” bagi khalifah ini, Tujuannya agar dia
memiliki emosi. Emosi yang dapat membawa manusia tadi ke arah positif atau negatif,
melindungi atau menantang semuanya kembali ke manusia itu sendiri bagaimana dia
mengendalikan emosinya.
Manusia diberi 3 kecerdasan EQ, SQ dan IQ. EQ dapat
menahan diri kita dari amarah yang muncul dalam jiwa dan menjaganya agar tetap
didalam tidak keluar. SQ sebagai
pedoman kita hidup di bumi, tanpa ini manusia hidup tanpa arah. IQ merupakan kecerdasan manusia untuk
dapat menjadi pemimpin di bumi, semakin banyak tahu maka semakin besar
peluangnya untuk menjadi seorang pemimpin.
Fisik, EQ, SQ dan IQ dibentuk oleh manusia itu sendiri melalui proses yang terus
dilakukan manusia hingga liang lahat, yaitu proses belajar. 4 aspek tadi
merupakan modal untuk menjadi seorang manusia yang sebenarnya. Kegagalan dalam
proses pembentukan ini berpengaruh terhadap kualitas manusia itu sendiri. Baik atau
buruk ramah atau kasar, bijaksana atau idealis semuanya tergantung dari bagaimana
kita membentuknya.
Karena
manusia adalah makhluk social maka berbuat baiklah pada orang lain niscaya
semua perbuatan baik akan terbalaskan walaupun hanya sebuah senyuman.
“Janganlah
berhenti untuk membentuk dan mencari karakter, semuanya adalah proses
pembelajaran dan proses belajar tentunya tidak selalu dimulai dari titik 0”